ASAHAN – Bagi warga Kota Kisaran, Kabupaten Asahan pasti tak asing lagi dengan makanan bubur kacang hijau yang sudah puluhan tahun berjualan di Jalan Rivai, Kelurahan Kisaran Kota, persisnya di depan SMPN 5 Kisaran. Siapa sangka, ternyata usaha ini telah menjadi warisan turun temurun sejak tahun 1985 hingga saat ini.
Pemilik usaha, Heriadi (40) saat diwawancarai mengatakan, usaha ini terlebih dahulu dirintis oleh orang tuanya (almarhum ayahnya) sejak ia masih duduk di bangku sekolah dan membantu sang ayah berjualan.
“Usaha ini memang dirintis almarhum ayah saya sejak tahun 1985, awal mulanya kami berjualan di Jalan Imam Bonjol Kisaran, persisnya di depan bioskop Ria dulu,” kata ayah 4 anak ini saat berbincang dengan wartawan, Jumat (3/2).
Hingga pada akhirnya, sampai tahun 1994 ketika itu Bupati Asahan dijabat oleh Rihold Sihotang memindahkan seluruh pedagang kaki lima khususnya yang berjualan makanan ke Jalan Rivai.
“Sejak saat itu, hingga kini kami tetap berjualan bubur,” kata dia.
Olehkarenanya, tak heran hingga kini usaha turun temurun tersebut tetap hati bagi para pelanggannya meski usaha serupa telah puluhan tempat bertebaran di jalanan kota Kisaran. “Kalau resep khususnya tak ada bang, mudah mudahan bahan olahan bubur yang kami buat ini mulai dari gula, santan semuanya alami bubur yang dimasak juga kacang pilihan,” katanya.
Perjuangan menghidupi keluarga dari semangkok bubur juga dirasakan oleh istrinya Ratih (38). Setiap hari, mulai pukul 16:00 WIB sampai pukul 23:00 WIB pasangan suami istri ini bergantian menjaga usaha mereka agar pelanggan tak kehilangan.
Ratih, istri Heriadi mengatakan seharinya mereka dapat menjual sampai 200 mangkok perhari dengan aneka menu pilihan bubur diantaranya bubur kacang hijau, pulut hitam, caca, jagung dan sumsum. Meski harga bahan makanan merangkak naik, mereka mengaku enggan untuk menaikkan harga jual kepada pelanggan. Sekarang bubur ini dijual Rp 6.000,- per porsi.
“Memang harga bahan makanan sudah banyak yang naik terutama gula merah dan kelapa. Puncak usaha ini terjadi sekitar 5 – 10 tahun lalu dalam sehari kami bisa menghabiskan sekitar 400 mangkok, kalau sekarang memang agak berkurang,” kata warga yang tinggal di Jalan Pramuka Gang Setia ini. (Per/syaf)