ASAHAN – Lulus kuliah, kenyataan paling pahit dihadapi adalah gelar sarjana
yang belum memiliki pekerjaan. Masak iya, empat tahun orang tua menghabiskan
uang untuk anaknya lalu tamat belum bisa memberi kebanggaan bagi kedua orang
tua?. Dilema ini pula yang dihadapi oleh Zakiyah Rizky Sihombing, anak
Desa Air Teluk Hessa, Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.
Sosok wanita
kelahiran 14 November 1994 bertubuh sedikit tambun ini pun mencari peruntungan
di Ibu Kota.
Peraih Cum Laude, (lulusan terbaik) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2016
ini kini tengah mencoba peruntungan menebar lamaran untuk diterima bekerja
disalah satu stasiun televisi swasta ternama di Jakarta.
kelahiran 14 November 1994 bertubuh sedikit tambun ini pun mencari peruntungan
di Ibu Kota.
Peraih Cum Laude, (lulusan terbaik) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2016
ini kini tengah mencoba peruntungan menebar lamaran untuk diterima bekerja
disalah satu stasiun televisi swasta ternama di Jakarta.
“Doain aja ya
bang, aku lagi tahap interview nih di salah satu TV Swasta,” kata alumni MAN
Kisaran lulusan tahun 2012 ini, saat dihubungi METRO ASAHAN, Kamis (2/3).
bang, aku lagi tahap interview nih di salah satu TV Swasta,” kata alumni MAN
Kisaran lulusan tahun 2012 ini, saat dihubungi METRO ASAHAN, Kamis (2/3).
Zakiyah memilih
berkarir di dunia jurnalistik bukan tanpa alasan. Semasa kuliah, dia punya
segudang pengalaman karir berkecimpun di dunia Pers saat di Medan. Jakarta
dipilih karena dia yakin kiblat informasi jurnalistik berawal dari sana. Bahkan, sejak duduk
dibangku sekolah Zakiyah dikenal aktif menjadi penulis lepas di beberapa surat kabar dan majalah.
Terakhir di kampusnya dia aktif di Pers Mahasiswa PIJAR USU.
berkarir di dunia jurnalistik bukan tanpa alasan. Semasa kuliah, dia punya
segudang pengalaman karir berkecimpun di dunia Pers saat di Medan. Jakarta
dipilih karena dia yakin kiblat informasi jurnalistik berawal dari sana. Bahkan, sejak duduk
dibangku sekolah Zakiyah dikenal aktif menjadi penulis lepas di beberapa surat kabar dan majalah.
Terakhir di kampusnya dia aktif di Pers Mahasiswa PIJAR USU.
Untuk mendapatkan
restu orang tua sampai Jakarta saja, anak ke dua
dari lima
bersaudara ini harus berulang kali meyakinkan abah dan uminya.
restu orang tua sampai Jakarta saja, anak ke dua
dari lima
bersaudara ini harus berulang kali meyakinkan abah dan uminya.
“Bukan hanya aku,
tapi memang banyak kali yang tanya seperti itu (kenapa harus ke Jakarta) bingung harus
jelasin dari mana. Tetapi aku punya keyakinan yang kuat sampai akhirnya bisa
merantau sendiri kesini,” kata Zakiyah.
tapi memang banyak kali yang tanya seperti itu (kenapa harus ke Jakarta) bingung harus
jelasin dari mana. Tetapi aku punya keyakinan yang kuat sampai akhirnya bisa
merantau sendiri kesini,” kata Zakiyah.
Cewek berzodiak
Scorpio itu pun bercerita dan mengenang kembali keinginannya untuk sampai Jakarta saat dia masih
duduk dibangku SMA kelas X, tahun 2010 lalu. Saat itu boru Sihombing ini
menjadi pemenang dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh
Kementrian Pendidikan. Pemenang lomba mendapatkan tiket jalan jalan ke Bali.
Scorpio itu pun bercerita dan mengenang kembali keinginannya untuk sampai Jakarta saat dia masih
duduk dibangku SMA kelas X, tahun 2010 lalu. Saat itu boru Sihombing ini
menjadi pemenang dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh
Kementrian Pendidikan. Pemenang lomba mendapatkan tiket jalan jalan ke Bali.
“Singkat cerita,
waktu itu aku bilang ke orang tua menang lomba hadiahnya ke Bali.
Tapi capek membujukknya tetap gak dikasi izin. Sedih banget, tapi ya aku
pasrah aja. Aku juga paham mereka (orangtua.red) terlalu sayang sama aku
makanya tak diberi izin. Aku tetap nurut sama mereka,” katanya.
waktu itu aku bilang ke orang tua menang lomba hadiahnya ke Bali.
Tapi capek membujukknya tetap gak dikasi izin. Sedih banget, tapi ya aku
pasrah aja. Aku juga paham mereka (orangtua.red) terlalu sayang sama aku
makanya tak diberi izin. Aku tetap nurut sama mereka,” katanya.
Selepas wisuda
sama sekali ia tak memikirkan melamar kerja, diajak teman untuk ikut job fair
dia tolak, ditawari pekerjaan dia ogah, disuruh ikut magang dia juga males.
Sampai banyak yang heran dikira terlalu nyaman jadi pengangguran dan lebih
memilih buka usaha online shop kecil kecilan di Medan.
sama sekali ia tak memikirkan melamar kerja, diajak teman untuk ikut job fair
dia tolak, ditawari pekerjaan dia ogah, disuruh ikut magang dia juga males.
Sampai banyak yang heran dikira terlalu nyaman jadi pengangguran dan lebih
memilih buka usaha online shop kecil kecilan di Medan.
“Tamat
kuliah aku sempat focus berbulan bulan ngurusin bisnis online Zakiyah Berkah.
Saat itu omzetnya terbilang cukuplah buat kebutuhan aku sendiri,” bilang wanita
yang pernah bekerja sebagai reporter di ceritamedan.com ini.
kuliah aku sempat focus berbulan bulan ngurusin bisnis online Zakiyah Berkah.
Saat itu omzetnya terbilang cukuplah buat kebutuhan aku sendiri,” bilang wanita
yang pernah bekerja sebagai reporter di ceritamedan.com ini.
Sampai pada
akhirnya lulusan USU pemegang Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,68 ini dibuat
panas sendiri oleh omogan orang dikampungnya. “Kenapa sih gak kerja? Masa
kuliah empat tahun di USU akhirnya malah milih jualan, kalau mau jualan ngapain
kuliah dan banyak lagi suara suara orang yang bikin aku jadi palak sendiri,”
ujar anak dari pasangan suami Istri Zaidun Sihombing dan Asnah Batubara
ini.
akhirnya lulusan USU pemegang Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,68 ini dibuat
panas sendiri oleh omogan orang dikampungnya. “Kenapa sih gak kerja? Masa
kuliah empat tahun di USU akhirnya malah milih jualan, kalau mau jualan ngapain
kuliah dan banyak lagi suara suara orang yang bikin aku jadi palak sendiri,”
ujar anak dari pasangan suami Istri Zaidun Sihombing dan Asnah Batubara
ini.
Ternyata cecaran
itu dijadikan cambuk motivasi untuknya hingga memilih berkarir didunia
jurnalistik di ibukota. Wanita berperawakan ceria ini kembali membujuk kedua
orang tua agar mendapat izin. “Aku coba bilang lagi ke babah dan umi, tentunya
dengan alasan yang kuat. Akhirnya restu Allah, umi dan babah restuin aku pergi,
senangnya luar biasa,” kata dia.
itu dijadikan cambuk motivasi untuknya hingga memilih berkarir didunia
jurnalistik di ibukota. Wanita berperawakan ceria ini kembali membujuk kedua
orang tua agar mendapat izin. “Aku coba bilang lagi ke babah dan umi, tentunya
dengan alasan yang kuat. Akhirnya restu Allah, umi dan babah restuin aku pergi,
senangnya luar biasa,” kata dia.
Meninggalkan
keluarga jujur disampaikannya membuat ia sangat sedih harus berpisah
dengan orang yang dia sayangi terlebih kepada kedua orang tua, teman, juga
bisnis yang sudah dia rintis. Hanya saja keyakinannya tetap kuat untuk merantau
dan meyakini akan ada pengalaman dan cerita baik jika hijrah tentunya restu
orang tua yang paling utama.
keluarga jujur disampaikannya membuat ia sangat sedih harus berpisah
dengan orang yang dia sayangi terlebih kepada kedua orang tua, teman, juga
bisnis yang sudah dia rintis. Hanya saja keyakinannya tetap kuat untuk merantau
dan meyakini akan ada pengalaman dan cerita baik jika hijrah tentunya restu
orang tua yang paling utama.
“Aku coba buat
yakin aja, kalau Jakarta
akan membawa perubahan buat ku. Bukan karena Jakartanya, tapi juga harus ada
kemauan dari diriku untuk berubah menjadi lebih baik. Bismillah,” tutup
perempuan yang akrab disapa Eky ini. (per/syaf)
yakin aja, kalau Jakarta
akan membawa perubahan buat ku. Bukan karena Jakartanya, tapi juga harus ada
kemauan dari diriku untuk berubah menjadi lebih baik. Bismillah,” tutup
perempuan yang akrab disapa Eky ini. (per/syaf)