TASLABNEWS, KISARAN- Duna melenggkapi berkas untuk menggelar rekontruksi kasus penikaman yang dilakukan Sahala Sagala (56) terhadap adik kandungnya Timbang Sagala, Rabu (18/11) lalu di Kecamatan Rawang Panca Arga, Asahan. Polres Asahan memanggil anak korban Gomgom Sagala dan Risky Sagala untuk dimintai keterangannya sebagai saksi, Selasa (21/11).
Boru Manurung saat menemani anak bungsu korban di Mapolsek Kota Kisaran untuk dimintai keterangannya sebagai saksi. |
Pantauan wartawan, anak bungsu korban sekaligus saksi kejadian Risky Sagala enggan berbicara dan memberikan keterangan kepada penyidik terkait kasus pembunuhan di Dusun II, Desa Rawang, Kecamatan Rawang Panca Arga itu.
“Pergilah ke dalam. Jauh-jauh kita datang dari Pekanbaru kalau seperti ini. Pergi lah,” ucap Pinta boru Manurung yang merupakan istri dari abang korban pada Risky, Selasa (21/11) sekira pukul 16.20 WIB di Mapolsek Kota Kisaran.
Tak lama, usai dibujuk oleh abangnya, Gomgom Sagala, Risky akhirnya bersedia memberikan keterangan dihadapan penyidik, meski dengan raut wajah uring-uringan.
Sementara itu, Gomgom Sagala pada awak koran ini sebelum menemani Risky memberi keterangan pada penyidik, meminta kepada pihak kepolisian agar dalam pemeriksaan, kedua abang beradik pemilik warung tuak, bermarga Simarmata dijadikan tersangka dalam kasus itu.
“Karena orang itu dua yang duluan berkelahi sama bapakku, dikeroyok. Kalo nggak itu, belum tentu dia (Sahala) datang dan nikam bapakku,” ucap anak sulung korban dari empat bersaudara ini.
Diakui lajang tanggung yang hanya tamatan bangku SLTP ini, sehari usai pemakaman, dirinya sempat bertemu dengan kedua abang beradik pemilik warung tuak itu, mempertanyakan mengapa mereka tega melakukan pengeroyokan terhadap bapaknya.
BACA BERITA TERKAIT:
https://www.taslabnews.com/2017/11/sahala-bunuh-adiknya-karena-sering.html
“Besoknya kujumpai dan kutanya orang itu, kenapa sampeai mukuli bapakku. Kubilang juga, mau jenderal sekalipun deking kalian, kalo sudah tersangka nggak akan lepas. Trus itu mulai jaga jarak orang itu samaku sampai sekarang. Bahkan abang orang itu yang tentara datang ke kampung, menjaga orang itu. Seminggu lah, sekarang udah nggak ada lagi kuliat,” ungkap Gomgom.
Bahkan dikisahkan Gomgom, jauh sebelum kejadian tragis itu, dirinya sudah pernah menyampaikan pesan kepada kedua abang beradik pemilik warung tuak tersebut.
“Memang sebelum kejadian itu, bapak pernah ribut sama dia (Sahala), trus yang punya warung marah sama bapakku. Tapi pas itu kubilang, kalau ribut mulut boleh, tapi kalau sempat kalian maen pukul, aku nggak mungkin tinggal diam,” ucapnya.
“Seminggu setelah kejadian ini, anakku ini (Risky) seperti orang linglung. Jadi kami bawa dia ke pekanbaru. Kami tadi pagi sampai Kisaran jam 5 pagi. Paginya kami langsung ke sini,” timpal boru Manurung.
Hingga berita ini dikirimkan, belum diperoleh keterangan resmi dari pihak Polsek Kota Kisaran terkait hal diatas. Sementara kedua anak korban, Gomgom dan Risky masih dimintai keterangan oleh penyidik. (syaf)