(taeniasis) di Simalungun membuat tiga universitas di Jepang tertarik untuk
melakukan penelitian. Pasalnya kasus penemuan tersebut merupakan kasus terbesar
di dunia.
Ketiga universitas dari Japan tersebut, diantaranya adalah Department Of
Parasitology, Asahikawa Medical University, Laboratory of Veterinary
Parasitology, Joint Faculty of Veterinary Medicine Yamaguchi University, Center
of Human Evolution Modelling Research, Primata Research Institute, Kyoto
University, Kyoto, Japan.
Cacing pita yang ditemukan dari dalam perut warga Simalungun. |
“Selain tiga universitas Japan,
ada empat universitas di Indonesia
yang turut dalam penelitian tersebut,” ucap Ketua Tim Peneliti Cacing Pita
FK UISU, DR Umar Zein, Senin (26/3).
DR Umar Zein mengatakan bahwa pihaknya bersama peneliti dari ketiga universitas
dari Japan dan bebebrapa Universitas asal Indonesia, yakni Departemen
Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Departemen
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, dan Direktorat
Pascasarjana Universitas Sari Mutiara Medan serta Departemen Farmakologi FK
Universitas Methodist Indonesia Medan, menyebutkan bahwa tim telah selesai
melakukan pemeriksaan molekuler terhadap empat sampel cacing pita asal
Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara termasuk draft artikel ilmiah.
BACA BERITA TERKAIT:
“Artikel tersebut dikirim ke WHO guna melanjutkan proses penelitian atas
penemuan endemi taeniasis di Simalungun. Sembari menunggu dukungan dari WHO,
tim FK UISU akan kembali turun kelokasi yang sama dimana tempat pertama kali
ditemukan cacing pita di kecamatan Silau Kahaean di Simalungun,” katanya.
Umar Zein yang baru saja mendapatkan penghargaan dosen berprestasi dari UISU
ini, mengungkapkan bahwa ada tim yang ikut serta diantaranya, Kyoto University,
Kyoto, Japan (Prof.Munehiro Okamoto), University, Asahikawa University
(Prof.Akira Ito) dan University, Yamaguchi, Japan (Prof. Tetsuya Yanagida)
sedangkan Universitas Udayana, Bali (Dr. Kadek Swastika), Universitas
Brawijaya, Malang (Prof.Teguh Wahyu Sarjono), Universitas Sari Mutiara Medan (Dr.Toni
Wandra) dan Universitas Methodist Indonesia Medan (Prof Hadyanto Lim).
(syaf/int)