TASLABNEWS, ASAHAN– Nasib naas dialami Ardi Simanjuntak (25) warga Dusun VI, Desa Sei Lama Kecamatan Sei Dadap, Asahan. Ia tewas ditikam usai menonton hiburan musik keyboard pada acara hajatan di salah satu rumah warga.
Jenazah korban pembunuhan di Asahan saat dibawa naik ambulance |
Informasi diperoleh, sebelum kejadian korban pergi ke Dusun II, Desa Pasiran, Kecamatan Sei Dadap Asahan, Minggu (8/7) untuk menonton keyboard.
Kapolsek Air Batu AKP Mahyudin Siregar kepada awak media, Senin (9/7) membenarkan adanya pembunuhan terhadap korban.
Mahyudin Smengatakan tewasnya korban Ardi Simanjuntak tersebut akibat tusukan benda tajam pada bagian punggung dan diperkirakan korban terlibat dalam perkelahian usai nonton pertunjukan keyboard tersebut.
“Korban tewas sudah dievakuasi dan lakukan otopsi di rumah sakit yang ada di Pematangsiantar guna untuk proses penyidikan,” sebutnya.
Hingga sejauh ini pelaku pembunuhan masih dalam penyidikan kepolisian baik dari Sat.Reskrim Polres Asahan maupun Reskrim Polsek Air Batu.
Sementara infirmasi lain diperoleh, isai menyaksikan pertunjukkan organ tunggal, Ardi Simanjuntak ditemukan bersimbah darah, Minggu (8/7) malam, sekira pukul 22.30 WIB.
Naas, tak lama usai mendapatkan perawatan di salah satu klinik, nyawa ayah satu putri itu tak bisa diselamatkan, karena mengalami luka yang cukup parah dibahagian punggung, diduga akibat ditusuk benda tajam.
Saat itu bersama sejumlah rekan sekampungya, warga Dusun VI,Desa Sei Lama, Kecamatan Sei Dadap, korban pergi menyaksikan keyboard di Dusun III.
Sesaat sebelum jasad korban dibawa ke Pematangdiantar, sejumlah warga dan kerabat yang datang ke rumah duka tak kuasa melihat kesedihan istri korban, Jelita dan putri semata wayangnya, Jenita Simanjuntak, yang masih berusia 5 tahun.
Ibu korban, Rosmiana boru Sihombing juga tampak terpukul melihat jasad kaku anak sulungnya itu.
Sesekali terdengar dari mulut wanita paruh bayah berusia 46 tahun itu menyebut dan memanggil nama Tuhannya.
Pada sejumlah wartawan yang menanyainya, Opung boru, begitu panggilannya mengaku, kalau korban adalah tipe pekerja keras dan tulang punggung keluarga.
“Dia anak saya paling besar, adiknya ada dua. Sehari hari maragat (penderes tuak). Bagaimanalah nasib cucu saya ini. Saya tidak tahu dan menyerahkan kepada Tuhan,” ucapnya lirih berlinang air mata.
Dirinya juga tidak menyangka kalau kepergian korban untuk selamanya dengan cara seperti ini.
“Terlalu cepat dan caranya juga tidak wajar. Saya minta polisi cepat menangkap pelakunya dan menghukum seberat beratnya. Rencananya ya dikebumikan di kampung ini juga,” ucapnya sembari menyeka air matanya. (nus/syaf)