Bayi bermata satu yang lahir di Madina |
“Iya benar sudah meninggal. Tidak bertahan lama. Karena kondisi kesehatannya memang tidak baik,” katanya, Kamis (13/9) malam.
Syarifuddin menjelaskan pihak rumah sakit sudah mencoba semaksimal mungkin menangani bayi itu.
“Setiap 15 menit sekali selalu dilakukan pengecekan. Selama di rumah sakit, dia juga dipasangi alat bantu pernafasan. Itupun harus lewat mulut. Karena bayi itu terlahir tanpa hidung,” sebut Syarifuddin.
Saat lahir, kondisi badan bayi sudah membiru. Bahkan dia tidak mengeluarkan tangisan sama sekali. Selain itu denyut jantungnya sangat lemah.
“Dibawah 100 beats per minute yang merupakan angka normal. Dokter juga tampaknya sudah memperkirakannya. Karena dalam beberapa kasus, bayi bermata satu hanya bisa bertahan beberapa jam saja,” terangnya.
Sampai saat ini, belum ada dugaan pasti terkait penyebab sang bayi terlahir dengan satu mata. Namun Syarifuddin menuga kuat karena pengaruh obat-obatan dan virus rubella.
“Kita kuatnya disitu. Namun sampai saat ini ibunya belum bisa dimintai keterangan. Jawabannya masih linglung. Mungkin masih syok,” ungkapnya.
Orangtua sang bayi merupakan perantauan dari Pulau Jawa. Saat ini mereka tinggal di kawasan Kelurahan Kayu Jati, Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal. (Syaf/nsc/int)