TASLABNEWS.COM, KISARAN – Dampak dari banjir yang terus menerus terjadi di wilayah Kabupaten Asahan menimbulkan kerugian materi ditaksir mencapai Rp47 miliar. Itu, termasuk jebolnya beberapa tanggul, rusaknya jembatan dan ratusan lahan hektar pertanian milik masyarakat serta sejumlah ruas jalan yang terabrasi.
![]() |
Banjir yang merendam pemukiman warga di Asahan |
Data dihimpun wartawan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Asahan menyatakan hingga, Rabu (8/11) lebih dari 3.800 rumah warga terdampak banjir di 11 kecamatan dalam kurun waktu dua pekan terakhir. Ketinggian air dari 50 cm hingga 60 cm.
“Dampak banjir terparah di Desa Silau Tua Kecamatan Tinggi Raja dan Desa Piasa Ulu Kecamatan Buntu Pane. Sementara itu kerugian ditaksir mencapai Rp47 miliar,” kata Kepala BPBD Asahan Syarifuddin Harahap melalui Khaidir selaku Kabid Kedaruratan Logistik kepada wartawan.
Selain merendam ribuan rumah, sebanyak 3 sekolah dasar (SD) dan 5 kantor pemerintahan juga terdampak banjir. Kemudian, bencana banjir juga menimbulkan kerugian infrastruktur, seperti jebolnya 8 tanggul, terputusnya beberapa jembatan, drainase, dan sejumlah ruas jalan yang yang terabrasi. Banjir juga mengakibatkan longsor dibeberapa wilayah Asahan.
Khaidir menjelaskan, bencana banjir akibat hujan yang terjadi di hulu sungai di Kabupaten Simalungun. Setiap hari, curah hujan dengan intensitas bervariasi, ringan, sedang maupun tinggi menyebabkan debit air meningkat, diikuti dengan naiknya permukaan air sungai besar yaitu Sungai Aek Silau Piasa dan Sungai Piasa Ulu.
“Kondisi itu diperparah dengan rendahnya dinding sungai karena tidak mampu menampung tingginya debit air. Sehingga limpasan air meluap ke pemukiman warga dan jalan,” terangnya.
Untuk mengatasi dampak banjir, menurut Khaidir, pihaknya telah mendirikan Posko Induk Tanggap Darurat di halaman Kantor BPBD di Kisaran. Selain itu, sejumlah Posko Lapangan, meliputi Posko Kesehatan dan Dapur Umum telah didirikan guna membantu warga yang terdampak banjir.
“Bantuan logistik telah disalurkan ke posko-posko untuk membantu korban terdampak banjir,” pungkasnya.
Sementara itu, kalangan dan warga korban banjir meminta Pemkab Asahan supaya mengatasi persoalan banjir. Sebab, bencana banjir kerap melanda setiap tahun seiring dengan cuaca yang tidak menentu. Selain mengganggu aktivitas warga, banjir menyebabkan rumah, barang perabotan dan barang elektronik rusak akibat tergenang air.
“Pemkab Asahan harus memberikan solusi agar musibah ini tidak terjadi lagi di tahun yang akan datang. Dalam setahun kami mengalami 4 – 5 kali banjir besar,” kata Parlindungan Siregar warga Desa Piasa Ulu.
Sementara itu, intensitas curah hujan yang tinggi juga mengakibatnya sejumlah daerah terkena longsor hingga rusaknya infrastruktur jalan dan akses masyarakat terputus. Seperti yang terjadi di desa Tomuan Holbung Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.
Kepala Desa Tomuan Holbung, Daniel Simanjuntak mengatakan longsor terjadi karena permukaan tebing yang rapuh akibat curah hujan. Akantetapi pihaknya bersama warga sudah bahu membahu membersihkan material longsor agar jalan tetap bisa dilintasi masyarakat.
“Dibeberapa lokasi memang terjadi longsor. Tapi masyarakat cepat sigap memberishkannya dan jalan sudah bisa dilalui meski kondisinya rusak karena terkena timbunan tanah yang longsor,” ujarnya. (syaf)