TASLABNEWS, KISARAN- Sedikit yang mengetahui sejarah dan asal muasal puluhan pengrajin sepatu yang selama puluhan tahun berada di pinggiran jalan lintas Sumatera Asahan, persisnya di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Bunut, Kecamatan Kisaran Barat, Asahan.
![]() |
Penjual sepatu bunut Asahan sedang menyusun sepatu di steling. |
Diera tahun 1980 hingga 1990 an, nama sepatu Bunut sudah tak asing lagi di telinga pecinta sepatu kulit di Asahan, bahkan di Sumatera Utara.
Bukan hanya itu, nama sepatu bunut juga melambung di nusantara (sampai ke Jakarta) bahkan penjualannya sampai menembus pasar di luar negeri.
Salah seorang pengrajin sepatu Bunut, Sutomo (57) di lokasi usahanya di Jalan Jendral Sudirman, Kelurahan Bunut, Kecamatan Kota Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Jumat (27/1) mengatakan, ketika itu ia beserta beberapa pemuda setempat bekerja di pabrik getah bernama Uni Royal (sekarang berubah nama menjadi PT BSP Tbk).
“Saya bekerja dibagian pembuatan sepatu yang dipegang oleh pemodal asing asal Amerika pada tahun 1970-an,” ujarnya.
Masih dari Sutomo, saya kurang ingat pasti itu tahun berapa, yang jelas sekitar tahun 70-an dahulu ada pabrik sepatu di sini yang dipegang oleh orang Amerika, dan pekerjanya pemuda di sini. Kami diajarkan cara membuat sepatu kulit yang ketika itu kulitnya diimpor dari Eropa, sedangkan tapak sepatunya berasal dari pengolahan karet di perkebunan Asahan ini (PT Uni Royal), hasil kerajinan pembuatan sepatu tersebut kemudian di jual ke Benua Eropa dan Amerika,” terangnya.
“Pasang surut usaha perkebunan karet kala itu berdampak pada pabrik sepatu Bunut Shoes hingga akhirnya pabrik tersebut gulung tikar, seingat saya pabrik sepatu itu bangkrut di tahun 1976, puluhan pemuda yang bekerja di pabrik tersebut terpaksa harus kehilangan pekerjaannya,” terangnya.
“Berbekal dengan ilmu keterampilan yang dimiliki, saya beserta teman-teman yang merupakan mantan pekerja pabrik sepatu mencoba memulai kembali usaha pembuatan sepatu secara individu dengan mencari bahan bakunya sendiri mulai dari kulit dan sol tapak sepatu kemudian menjahitnya sendiri hingga akhirnya mengumpulkan hasil produksi dan kami jual di pinggiran jalan lintas di Bunut,” sebutnya.
Lebih lanjut dikatakannya, masyarakat memulai usaha menjahit sepatu kulit dan menjualnya sendiri dengan label Bunut Shoes, nama tersebut diambil dari nama daerah asal pengrajinnya pada tahun 1987, banyak pelanggan yang meminati sepatu kulit Bunut ini. Bahkan ada yang datang dari luar kota seperti Pekan Baru mereka membelinya untuk dijual kembali,” ungkapnya.
Saat ini para pengrajin sepatu Bunut Shoes yang sejak tahun 1987 ini ramai berjejer di sepanjang jalan Ahmad Yani Kelurahan Bunut terus mencoba mempertahankan sejarah nama besar mereka, untuk mendapatkan sepatu hasil karya anak Bunut ini anda bisa membeli dengan harga Rp200 ribu sampai Rp400 ribu untuk satu pasangnya. (nus/syaf)