Akibat Petani Kakao Beralih Menanam Sawit
TASLABNEWS, ASAHAN- Turunnya harga dan produksi kakao membuat para petani banyak
yang beralih profesi mengganti kebun kakao mereka menjadi kebun sawit. Di Asahan
contohnya, jika pada tahun 1998 hingga 2010 produksi kakao mencapai 800 hingga 900
ton per bulan, namun sejak lima tahun terakhir tepatnya sejak tahun 2012 hingga
2018 produksi kakao di Asahan turun sekitar 500 ton per bulan, atau tepatnya
produksi kakao di Asahan hanya 300 ton per bulan.
yang beralih profesi mengganti kebun kakao mereka menjadi kebun sawit. Di Asahan
contohnya, jika pada tahun 1998 hingga 2010 produksi kakao mencapai 800 hingga 900
ton per bulan, namun sejak lima tahun terakhir tepatnya sejak tahun 2012 hingga
2018 produksi kakao di Asahan turun sekitar 500 ton per bulan, atau tepatnya
produksi kakao di Asahan hanya 300 ton per bulan.
![]() |
Petani kakao sedang memilih hasil panen mereka. |
Memasuki tahun 2018, produksi kakao di Asahan terus menurun.
Jika pada tahun 1998 hingga 2010 produksi kakao Asahan mencapai 10 ton per
bulan, namun sejak tahun 2012 hingga 2018 produksi kakao di Asahan terus
mengalami penurunan.
Jika pada tahun 1998 hingga 2010 produksi kakao Asahan mencapai 10 ton per
bulan, namun sejak tahun 2012 hingga 2018 produksi kakao di Asahan terus
mengalami penurunan.
Selain harga kakao yang rendah, turunnya minat petani
mempertahankan perkebunannya dan mengganti menjadi kebun sawit juga akibat
minimnya perhatian dari pemerintah.
mempertahankan perkebunannya dan mengganti menjadi kebun sawit juga akibat
minimnya perhatian dari pemerintah.
Manajer UD Asco Jaya Kisaran, Elyan Amstrong, kepada www.taslabnews.com mengakui, turunnya
produksi kakao di Asahan sangat mempengaruhi bisnis yang dikelolanya.
produksi kakao di Asahan sangat mempengaruhi bisnis yang dikelolanya.
Menurutnya pada tahun 1998 hingga 2012 sentra produksi kakao
di Asahan berada di Kecamatan Air Joman, Tinggi Raja, Air Batu, dan Bandar
Pulau. Namun sejak tahun 2011 hingga 2018 produksi kakao di Asahan menurun
drastis. Itu karena banyak petani kakao di Asahan tepatnya di Kecamatan Air
Joman, Tinggi Raja, Air Batu dan Bandar Pulau yang beralih menanam sawit.
di Asahan berada di Kecamatan Air Joman, Tinggi Raja, Air Batu, dan Bandar
Pulau. Namun sejak tahun 2011 hingga 2018 produksi kakao di Asahan menurun
drastis. Itu karena banyak petani kakao di Asahan tepatnya di Kecamatan Air
Joman, Tinggi Raja, Air Batu dan Bandar Pulau yang beralih menanam sawit.
“Biasanya dalam sebulan, kami berhasil mengumpulkan 800-900
ton biji kakao dari Asahan, dan sebahagian besar disupplay dari empat kecamatan
itu. Namun sejak ” ucapnya.
ton biji kakao dari Asahan, dan sebahagian besar disupplay dari empat kecamatan
itu. Namun sejak ” ucapnya.
Hal itu membuat petani kakao banyak yang beralih profesi dan
mengganti tanaman mereka. Akibatnya produksi kakao turun drastis.
mengganti tanaman mereka. Akibatnya produksi kakao turun drastis.
Elyan menambahkan, penghasilan petani menurun drastis hingga
50 persen sejak diberlakukannya Permenkeu itu. Hal ini disebabkan dana
perawatan dan harga jual tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh para
petani. Kini usaha yang dikelolanya hanya bisa mengumpulkan 300-400 ton per
bulan.
50 persen sejak diberlakukannya Permenkeu itu. Hal ini disebabkan dana
perawatan dan harga jual tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh para
petani. Kini usaha yang dikelolanya hanya bisa mengumpulkan 300-400 ton per
bulan.
“Bila petani beralih ke tanaman lain selain kakao, maka
sangat disayangkan. Karena tanah dan suhu udara di Asahan sangat cocok dengan
tanaman tersebut,” ungkap Elyan.
sangat disayangkan. Karena tanah dan suhu udara di Asahan sangat cocok dengan
tanaman tersebut,” ungkap Elyan.
Terpisah, Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI)
Arief Zamroni mengatakan, penurunan harga kakao antara bulan Maret-April
merupakan siklus tahunan.
Arief Zamroni mengatakan, penurunan harga kakao antara bulan Maret-April
merupakan siklus tahunan.
“Mungkin sekitar Mei, harganya akan membaik. Karena
pabrik menyerap kakao sejak bulan Desember sampai Februari. Bahan bakunya masih
numpuk dan mereka belum olah,” jelasnya, Selasa (17/4).
pabrik menyerap kakao sejak bulan Desember sampai Februari. Bahan bakunya masih
numpuk dan mereka belum olah,” jelasnya, Selasa (17/4).
Meski begitu, Arief tak menampik apabila kegairahan kakao di
sektor hulu mulai memudar. Hal itu terjadi karena banyak petani kakao yang
mulai tidak fokus menanam. Ini terlihat dari produktivitas kebun kakao yang
tahun ini kembali menyusut menjadi 400 kilogram (kg) per hektare (ha)
dibandingkan tahun lalu yang rata-rata 600 kg per ha.
sektor hulu mulai memudar. Hal itu terjadi karena banyak petani kakao yang
mulai tidak fokus menanam. Ini terlihat dari produktivitas kebun kakao yang
tahun ini kembali menyusut menjadi 400 kilogram (kg) per hektare (ha)
dibandingkan tahun lalu yang rata-rata 600 kg per ha.
Apalagi, mayoritas pohon kakao yang seharusnya dilakukan
peremajaan atau replanting sejak tahun 2015 hingga kini
belum juga terlaksana karena tak adanya perhatian dari pemerintah. Makanya,
menurut Arief, dengan kondisi seperti ini sulit berharap produktivitas kakao
bisa kembali ke titik produksi 1 ton per ha yang pernah dicapai beberapa tahun
lalu.
peremajaan atau replanting sejak tahun 2015 hingga kini
belum juga terlaksana karena tak adanya perhatian dari pemerintah. Makanya,
menurut Arief, dengan kondisi seperti ini sulit berharap produktivitas kakao
bisa kembali ke titik produksi 1 ton per ha yang pernah dicapai beberapa tahun
lalu.
BACA BERITA TERKAIT:
Arief menyatakan, adanya kepastian pasar kakao dari pabrik
pengolahan kakao yang saat ini berjumlah sekitar 30 pabrik di Indonesia tak
mampu membuat petani bertahan. Arief bilang 10 persen dari total petani kakao
yang saat ini sekitar 1,7 juta orang memilih untuk beralih ke komoditas yang
lebih menjanjikan seperti kelapa sawit.
pengolahan kakao yang saat ini berjumlah sekitar 30 pabrik di Indonesia tak
mampu membuat petani bertahan. Arief bilang 10 persen dari total petani kakao
yang saat ini sekitar 1,7 juta orang memilih untuk beralih ke komoditas yang
lebih menjanjikan seperti kelapa sawit.
Sementara Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo)
Zulhefi Sikumbang mengatakan, dirinya menemukan ada sekitar 40 persen bahkan
sampai 60 persen lahan kakao sudah beralih menjadi kebun kelapa sawit. Hal ini
terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Asahan sebagai
produksi kakao ketiga terbaik di dunia.
Zulhefi Sikumbang mengatakan, dirinya menemukan ada sekitar 40 persen bahkan
sampai 60 persen lahan kakao sudah beralih menjadi kebun kelapa sawit. Hal ini
terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Asahan sebagai
produksi kakao ketiga terbaik di dunia.
Kondisi ini diperkirakan bakal membuat produksi kakao
nasional semakin merosot di tahun berikutnya.
nasional semakin merosot di tahun berikutnya.
Menurut data pada saat ini produksi kakao nasional per tahun
hanya sekitar 400.000 ton, sedangkan kebutuhan industri olahan kakao per tahun
mencapai 800.000 ton. (syaf)
hanya sekitar 400.000 ton, sedangkan kebutuhan industri olahan kakao per tahun
mencapai 800.000 ton. (syaf)