diperingati oleh seluruh insan pers/wartawan/juruwarta. Tak terasa, ternyata
profesi sebagai wartawan ini telah 16 tahun lamanya kugeluti. Banyak kisah baik
suka mau pun duka yang kualami selama menggeluti profesi ini.
dirugikan baik dari kalangan pejabat, preman, dan perampok serta mafia akibat
pemberitaan yang kubuat, bahkan sampai pemukulan, ditabrak, diculik dan mau
dibuang ke sungai. Namun semua itu kujalani dengan iklas.
lalu. Media online sekarang sudah menjamur, bagaikan penjual gorengan yang bisa
ditemui setiap saat. Namun terkadang hatiku merasa sedih jika melihat para
insan pers saat ini. Ternyata banyak generasi muda yang mengambil jalan hidup menjadi
wartawan dengan dalih karena tidak ada kerjaan/sulit cari kerja.
hanya sekedar saja menjalani profesi ini (kalau kusebut wartawan sambil lalu). Namun
banyak juga orang-orang yang beralih profesi sebagai wartawan dengan dalih agar
gampang mencari uang. Kurasa banyak di antara kita yang melihat dulu
tetangganya berprofesi sebagai supir, petani, penjual es, penarik betor,
satpam, buruh bangunan, juru parkir dan lain-lain. Lalu mereka tiba-tiba
mengaku sebagai wartawan dan memiliki kartu pers dari salah satu media.
media mengeluarkan kartu pers. Hanya dengan membayar ratusan ribu rupiah kepada
salah satu media, maka orang bisa memiliki kartu pers.
pers, ternyata yang ada dibenaknya adalah bagaimana cara mendapatkan uang
dengan cara gampang seperti menakut-nakuti pejabat, kepala sekolah, pengusaha,
dan yang terpenting bisa bebas dari razia saat polisi menggelar razia di jalan
raya. Padahal jika orang tersebut benar-benar menyadari tugas dan fungsi
seorang wartawan kupastikan dari 100 wartawan yang berhak menyandang gelar
wartawan hanya 20 sampai 30 orang.
menulis berita dan terbit di media tempatnya bekerja. Sisanya? Mereka hanya
menggunakan kartu pers untuk hal yang tidak jelas.
delapan fungsi yang harus dijalankan seorang wartawan yakni, authenticator,
yakni konsumen memerlukan wartawan yang bisa memeriksa keautentikan suatu
informasi.
maker yakni menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak. Investigator
yakni wartawan harus terus mengawasi kekuasaan dan membongkar kejahatan.
kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan dapat
bekerja sama dengan warga. Empowerer yakni saling melakukan pemberdayaan
antara wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus-menerus pada
keduanya.
Seorang wartawan harus memiliki basic science (ilmu dasar) terkait
dengan ilmu komunikasi massa
untuk konsentrasi studi jurnalistik. Melalui basic science tersebut,
seorang wartawan akan memiliki paradigma jurnalisme yang lebih sistematis dan
terbingkai secara terukur. Dengan demikian, paradigma jurnalisme tersebut,
dapat menjadi back mind yang memandu wartawan dalam melaksanakan
tugasnya.
Wartawan harus memiliki basic skill (keterampilan dasar). Basic
skill tersebut akan menjadi alat utama bagi wartawan dalam melaksanakan
tugas jurnalistik. Tanpa basic skill yang memadai, seorang wartawan
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas jurnalistiknya. Betapa
tidak, karena tugas jurnalistik bukanlah hal yang mudah dan bisa dilaksanakan
oleh sembarang orang dan hanya bisa ditunaikan oleh orang yang sudah terlatih
secara khusus.
Wartawan terikat dan patuh pada aturan hukum serta etika moral profesi.
Sebagai sebuah profesi, tidak bisa tidak ia harus terikat dengan kode etik.
Kode etik inilah yang membingkai dan memandu wartawan agar tidak melenceng atau
mengkhianati profesinya dalam berkarya. Hukum dan Kode Etik tersebut, juga
menjadi jaminan dan tempat perlindungan masyarakat, manakala wartawan telah
melenceng dan mencederai kepentingan publik.
Seorang wartawan harus memiliki sense of arts. Kerja jurnalistik
adalah kerja yang memerlukan sentuhan seni. Yaitu seni saat mencari, menulis
dan menyampaikannya, sehingga khalayak penerimanya menikmati keindahan
sajiannya. Dengan demikian, karya jurnalistik seorang wartawan tidak hanya
membuka cakrawala rasio tetapi juga menyentuh perasaan terhalus bagi siapa saja
yang menikmatinya. Melalui sentuhan seni, sebuah berita yang mengandung
kritikan tajam menghunjam, tidak akan membuat obyek sasarannya tersudut dan
tersinggung. Tetapi sangat boleh jadi, justeru tersadarkan secara manusiawi.
Wartawan juga harus memiliki visi sosial kemasyarakatan. Seorang wartawan,
haruslah memahami dan menyadari bahwa ia mengabdi untuk kepentingan masyarakat.
Ia wajib memahami dan menghayati gerak denyut nadi masyarakat dimana ia
bertugas. Dengan demikian, ia dapat membimbing kemana dan bagaimana seharusnya
masyarakat tersebut berubah. (***)


























