terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini yang jadi korbannya Amran Parulian
Simanjuntak yang sehari sebagai wartawan mingguan. Amran tewas ditikam sekelompok orang tak dikenal di
Jalan Medan-Binjai
KM 13,5 tak jauh dari sekolah anaknya.
Informasi diperoleh, korban yang merupakan warga Jalan Banten, Diski, Sunggal
dibunuh karena persoalan pemberitaan yang dimuatnya.
(Amran) ini minta tolong sama abang untuk ngantar anaknya ke sekolah. Karena
dia khawatir, adik kami ini ngikuti abang dari belakang,” ungkap Renova
Simanjuntak (37), kakak kandung korban di RS Bhayangkara Tingkat II Medan, Rabu (29/3). Renova
menjelaskan, mereka tidak tahu pasti siapa pelaku pembunuhan Amran
(korban-red). Namun, diduga pelaku kenal dengan korban. Beber Renova kepada awak
media.
“Mungkin sudah diikuti juga adik kami ini. Begitu dia ngecek anaknya di
sekolah, dia langsung dibunuh,” ujarnya.
Keluarga mendapat informasi dari sekolah TK Valentin, tempat anak korban
belajar. Mengatakan, Amran dibunuh oleh orang tak dikenal. “Kami belum
jelas ceritanya ini. Karena kami juga baru dapat kabar dari pihak
sekolah,” kata Renova.
Sementara itu, menurut pengakuan kakak korban mengatakan kemarin adiknya
(Amran) dapat telepon ancaman. Tapi isterinya tidak tahu siapa yang mengancam,”
sebut Renova. Selain mendapat ancaman, korban juga sempat dihadang ketika
hendak melaksanakan peliputan. Namun, lagi-lagi, korban tak mau menceritakan
masalahnya pada keluarga.
“Dia ini enggak mau cerita mengenai masalahnya. Kalau ada terima telfon
pun, dia sembunyi-sembunyi,” ungkap Renova sambil mengalir air matanya.
Terpisah, istri korban bernama Manteria Panjaitan belum bisa memberikan
keterangan. Namun, menurut pihak keluarga, korban mendapat enam luka tikaman di
perut kiri tiga lubang, di ulu hati satu lubang dan di punggung dua lubang.
Sementara itu, Pimpinan Umum (PU) koran mingguan Senior, S Janter Siahaan
mengakui kalau korban adalah wartawan di media yang dipimpinnya. “Saya
tadi dapat kabar kalau anggota saya jadi korban pembunuhan. Makanya saya datang
kemari,” sebutnya.
Dirinya sendiri belum mengetahui persis latarbelakang pembunuhan wartawan yang
ditugaskan di Kawasan Deli Serdang itu. “Kalau memang soal pemberitaan,
harusnya dibuat bantahan bukan seperti ini. Kita juga masih telusuri apa ada
juga masalah pribadi,” kata Janser.
lantaran memberitakan PT W, dirinya tidak bisa menjabarkan. “Memang korban
ada buat berita tentang perusahaan itu. Tapi kalau memang itu ya seharusnya
buat bantahan,” sebut dia.
Amran sendiri, kata Janser sudah hampir lima
tahun bergabung di koran Senior. “Sudah lama kerja dengan saya. Anaknya
pendiam ini,” ungkap dia. Sementara itu, rekan korban sekantor, Tumpal
Simanjuntak, mengatakan, sebelumnya Amran pernah bercerita kalau dirinya
mendapatkan ancaman lantaran membuat berita PT W. “Jangan maju kali
Juntak,” kata Tumpal. (mtc/int)