KISARAN- Kisah pilu dialami Nek Sandora (70). Untuk bisa bertahan hidup, setiap harinya ia memakan rumput yang tumbuh di parit, belakang rumah, dan halaman rumah orang serta di perkebunan sebagai pengganti lauknya.
Ditemui dikediamannya, Kamis (23/3) di Dusun IV Desa Mekar Sari, Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan, Nek Sandora tampak ramah menyambut kedatangan wartawan. Dengan senyum ramahnya ia mengatakan, agar bisa bertahan hidup ia harus memakan rumput krokot cino yang tumbuh liar.
Kondisi ini dialami karena ia sudah tak mampu lagi mencari biaya hidup untuk kebutuhannya sehari-hari. Ia tinggal seorang diri di rumah reotnya, keseharinnya, Nek Sandora diurus oleh Sukinem (47) anaknya yang janda tinggal tak jauh dari rumahnya.
Belakangan ini memang ia mendapatkan jatah beras kesejahteraan (rasta) dari kantor desa setempat. Namun sejak awal tahun lalu, ia tak pernah lagi menerima rasta karena memang penyalurannya terlambat di hampir seluruh wilayah di Sumatera Utara.
“Setelah bapak saya meninggal, mamak saya ini (nek Sandora) hidup sebatang kara. Kadang cucunya suka menemani dia tidur di sini. Dulu mamak kerja sebagai tukang kusuk. Sekarang tenaganya sudah tak kuat lagi,” kata Sukinem yang kondisi ekonominya juga tak jauh beda dari orang tuanya itu.
Sukinem berusaha mengingat kembali cerita disaat puluhan tahun lalu orang tuanya merantau dari Jawa Tengah untuk mencari kakeknya bernama Sono Kromo yang bertugas di Medan sebagai anggota TNI.
Kedatangan Sandora bersama suaminya menumpang kapal laut. Setiba di Medan, ternyata mereka tidak diterima orang tuanya yang sudah beristri lagi itu. Karena saat itu Nek Sandora sudah bersuami. Akhirnya Sandora dan suaminya yang dikaruniai tiga orang anak ini menetap dan tinggal di Asahan hingga suaminya meninggal dunia.
Kelangsungan hidup Nek Sandora ini sebenarnya cukup terbantu dengan keberadaan beras rasta yang setiap bulan mereka beli dari kantor kepala desa. Namun sejak awal Januari lalu, rasta tak pernah tersalurkan hingga kini.
“Mamak saya di rumah saja, kalau kerja dia tak sanggup lagi. Sementara saya pun hanya mengumpulkan sisa berondolan sawit yang jatuh untuk dijual. Itulah yang dibeli untuk makan,” kata Sukinem.
Menurut Sukinem yang merupakan janda lima anak ini, ia telah lama mengetahui kebiasaan orang tuanya memakan rumput yang mereka sebut rumput krokol. Jenis tanaman ini banyak dijumpai di belakang rumah mereka. Cara memakannya, rumput yang telah diambil pucuk daunnya itu tidak perlu direbus tapi cukup ditumpangkan di atas nasi yang ditanak.
“Mamak saya bilang rumput ini juga bisa untuk obat asam urat atau penurun kolestrol. Rasanya seperti daun bayam, apalagi kalau ditambah sedikit cabai dan bawang sudah enak dimakan,” kata Sukinem menirukan ucapan Nek Sandora.
Nek Sandora maupun Sukinem mengaku mereka banyak dibantu oleh tetangga atau orang-orang yang secara tiba-tiba suka datang memberikan beras atau uang. Kendati demikian, mereka berharap kondisi tersebut tidak sampai memberatkan orang lain. (Per/syaf/ma/int)