TANJUNGBALAI-Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Erlinan
Siregar (30) menangis dan minta pulang ke Tanjungbalai. Padahal ia baru tiga
bulan bekerja di Malysia.
Siregar (30) menangis dan minta pulang ke Tanjungbalai. Padahal ia baru tiga
bulan bekerja di Malysia.
Kepada wartawan di kediamannya di Lingkungan IV, Kelurahan
Muara Sentosa, Kecamatan Sei Tualang
Raso, Kota Tanjungbalai, Senin (3/4) Nuraini Dewi, ibu kandung Erlinan
menuturkan, tepatnya 1 Januari, putrinya berangkat ke Malaysia dengan tujuan
bekerja sebagai TKI dengan menggunakan kapal Ferry melalui Terminal Penumpang
Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai.
Muara Sentosa, Kecamatan Sei Tualang
Raso, Kota Tanjungbalai, Senin (3/4) Nuraini Dewi, ibu kandung Erlinan
menuturkan, tepatnya 1 Januari, putrinya berangkat ke Malaysia dengan tujuan
bekerja sebagai TKI dengan menggunakan kapal Ferry melalui Terminal Penumpang
Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai.
“Saya turut memberangkatkan Erlinan. Saat itu putri saya
yang memiliki tiga anak dan telah berpisah dengan suaminya itu, terlihat
tersenyum dan tertawa. Erlinan sempat
mencium ketiga anaknya yang kini tinggal bersama saya. Salam dan lambaian tangan melepas
keberangkatan Erlinan hingga memasuki pintu Ferry,” ujarnya.
yang memiliki tiga anak dan telah berpisah dengan suaminya itu, terlihat
tersenyum dan tertawa. Erlinan sempat
mencium ketiga anaknya yang kini tinggal bersama saya. Salam dan lambaian tangan melepas
keberangkatan Erlinan hingga memasuki pintu Ferry,” ujarnya.
Nenek yang mempunyai banyak cucu ini menjelaskan, selama tiga
bulan Erlinan di Malaysia, pada Minggu
(2/4), dirinya ditelepon putrinya tersebut. “Ia menelepon sambil menangis dan
minta tolong supaya dikirim uang agar bisa pulang ke kampung halaman. Saya
sendiri saat itu mengatakan tidak punya uang untuk dikirim ke Malaysia. Makan saja sulit, uang dari mana mau dikasih
sama kamu untuk ongkos. Saat itu saya bertanya, kenapa kau menangis. Anak saya
mengatakan, sudahlah kirim saja uang, nggak tahan aku di sini mak. Tolonglah,”
ujar Nuraini Dewi.
bulan Erlinan di Malaysia, pada Minggu
(2/4), dirinya ditelepon putrinya tersebut. “Ia menelepon sambil menangis dan
minta tolong supaya dikirim uang agar bisa pulang ke kampung halaman. Saya
sendiri saat itu mengatakan tidak punya uang untuk dikirim ke Malaysia. Makan saja sulit, uang dari mana mau dikasih
sama kamu untuk ongkos. Saat itu saya bertanya, kenapa kau menangis. Anak saya
mengatakan, sudahlah kirim saja uang, nggak tahan aku di sini mak. Tolonglah,”
ujar Nuraini Dewi.
Nenek yang memiliki 8 anak dan banyak cucu ini menjelaskan,
ia merasa gelisah dengan keberadaan putrinya di Malaysia. “Saya ingin ketemu dengan orang yang mengurus
keberangkatan anak saya. Yang mengurusnya disebut-sebut warga Kelurahan
Sipori-pori, Kecamatan Kapias Pulau Buaya,
Kecamatan Teluk Nibung, Tanjungbalai. Sudah 2 hari saya cari rumahnya, tapi
tidak ketemu. Saya merasa kesal atas kejadian ini,” ujarnya sembari menunjukkan
surat nikah
Erlinan dengan Suryadi.
ia merasa gelisah dengan keberadaan putrinya di Malaysia. “Saya ingin ketemu dengan orang yang mengurus
keberangkatan anak saya. Yang mengurusnya disebut-sebut warga Kelurahan
Sipori-pori, Kecamatan Kapias Pulau Buaya,
Kecamatan Teluk Nibung, Tanjungbalai. Sudah 2 hari saya cari rumahnya, tapi
tidak ketemu. Saya merasa kesal atas kejadian ini,” ujarnya sembari menunjukkan
surat nikah
Erlinan dengan Suryadi.
Dijelaskannya, sejak putrinya menikah, belum punya Kartu Keluarga
(KK).
(KK).
“Erlina masih terdaftar pada KK kami. Saya heran, setiap orang yang
mengurus Paspor, wajib menggunakan KK. Seingat saya, saat Paspor anak saya
dibuat, si pengurus itu tidak meminta KK. Kecurigaan saya semakin dalam, bahwa
keberangkatan anak saya ke Malaysia
diduga menggunakan Paspor yang belum tau asal-usulnya. Saya akan berupaya terus
untuk mencari seorang wanita diduga sebagai agen pemberangkatan tenaga kerja
untuk mencari tahu, apa yang terjadi terhadap anak saya di seberang sana. Kegelisahan ini
membuat saya tidak bisa tidur dan makan. Saya berupaya sekuat tenaga untuk
menemukan wanita penyalur tenag kerja itu, meskipun lewat jalur hukum,” terang
Nuraini seraya mengusap air mata. (syaf/int)
mengurus Paspor, wajib menggunakan KK. Seingat saya, saat Paspor anak saya
dibuat, si pengurus itu tidak meminta KK. Kecurigaan saya semakin dalam, bahwa
keberangkatan anak saya ke Malaysia
diduga menggunakan Paspor yang belum tau asal-usulnya. Saya akan berupaya terus
untuk mencari seorang wanita diduga sebagai agen pemberangkatan tenaga kerja
untuk mencari tahu, apa yang terjadi terhadap anak saya di seberang sana. Kegelisahan ini
membuat saya tidak bisa tidur dan makan. Saya berupaya sekuat tenaga untuk
menemukan wanita penyalur tenag kerja itu, meskipun lewat jalur hukum,” terang
Nuraini seraya mengusap air mata. (syaf/int)


























