bayi kembar siam dari Asahan
yang dempet di perut dan dada, juga bayi kembar siam berbadan satu, berkepala 2,
dan memiliki dua tangan dan dua kaki. Namun tim dokter belum dijadwalkan kapan
operasi bakal dilakukan. Hanya saja diperkirakan, operasi untuk bayi kembar siam dari
Asahan kemungkinan saat bayi tersebut berusia 3 bulan.
Sekretaris Tim Medis dr Rizki Adriansyah mengatakan, kedua pasang bayi
kembar siam tersebut akan tetap berada di RSUP H Adam Malik hingga kondisi
mereka benar-benar normal, sembari menunggu jadwal operasi.
Menurutnya, hal itu dilakukan agar kedua pasang bayi kembar itu mendapat
pelayanan optimal dengan nutrisi yang cukup, sehingga kondisi kesehatan mereka
benar-benar membaik.
“Jadi tidak harus segera dioperasi. Setelah usia 3 bulan sampai 1 tahun,
baru kita jadwalkan operasi,” jelas dr Rizki ketika dihubungi Minggu (1/4).
Disebutkannya, saat ini mereka terus melakukan pemantauan terhadap kondisi
kesehatan bayi kembar siam
tersebut melalui berat badannya. “Karena saat lahir, berat badan bayi kembar
itu juga belum baik,” tambah Rizki.
Selain itu Rizki juga mengaku, setiap minggu mereka akan melakukan pertemuan
guna membahas dan menentukan langkah-langkah yang akan diambil. Tak Cuma itu,
mereka juga akan mengundang dokter dari Jakarta
dan Surabaya
untuk meminta masukkan. “Untuk tindakan tetap kita yang lakukan,” tegasnya.
Untuk bayi kembar dengan kondisi dua kepala dan satu badan, Rizki kembali
menegaskan, bayi malang
asal Sunggal, Deliserdang itu tidak dapat dilakukan pemisahan. Sementara untuk
kelainan jantung bawaan yang sangat kompleks, menurutnya juga belum dijadwalkan
kapan dilakukan operasi. Hal itu mengingat kondisi kesehatan bayi kembar yang
dilahirkan Desi Mayasari itu belum membaik.
“Bayi dengan kondisi normal saja, usia 3 bulan sampai 6 bulan baru bisa
dioperasi jantung. Itu untuk operasi pertama. Pada usia 1 tahun, baru dioperasi
lagi,” beber Rizki.
Ditanya apa bayi kembar asal Sunggal itu akan tetap berada di RSUP Adam
Malik Medan hingga kondisinya benar-benar membaik, dr Rizki membenarkannya.
Namun, kata Rizki, ruang Perinatologi hanya untuk bayi berusia 28 hari ke
bawah. Jika setelah kondisi bayi itu benar-benar membaik maka akan dipindahkan
ke ICU ataupun ruang rawat inap bayi biasa. Namun jika dilakukan observasi,
kedua pasang bayi kembar siam
itu akan ditempatkan di ruangan khusus, terpisah dari yang lain.
“Apabila kondisinya terus membaik, kita akan sarankan agar rawat jalan. Ada juga yang bertahan
hidupa sampai dewasa dengan kondisi seperti itu, ” terang Rizki.
Sedangkan mengenai kondisi bayi kembar siam dengan dempet pada bagian perut
asal Asahan, menurutnya kondisi mereka masih stabil. Bahkan bayi kembar dari
pasangan Kadarusman dan Agustina itu sudah tak lagi memakai infus dan
pengobatan juga sudah melalui mulut, yakni memasukkan obat dan nutrisi melalui
mulut.
Rizki mengaku optimis kalau operasi terhadap bayi kembar siam bernama
Sahira Afrizi dan Fahira Afriza ini akan berhasil jika kondisi stabil itu terus
bertahan bahkan meningkat. “Kalau untuk lubang di jantung, tidak terlalu parah
sepertinya. Jadi sepertinya tidak menghalangi untuk pemisahan. Secara teori,
bayi kembar itu masih bisa dipisahkan dan tingkat keberhasilannya 80 persen,”
tandasnya. (syaf/int)


























