Kapolres Pematangsiantar AKBP Dodi Darjanto SIK MTTA melalui Kasat Reskrim AKP Arnold J Simanjuntak SE menjelaskan, kedua tersangka ditangkap sekira pukul 14.30 WIB dari kawasan Parluasan, Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Suka Dame, Siantar Utara atau tak jauh dari Stasiun Bus Intra.
“Sementara rekannya yang diduga sebanyak 6 orang lainnya masih kita buru dan terus dikejar anggota kita di lapangan,” ujar Arnold.
Dijelaskannya, selain telah menerima laporan korbannya secara resmi, penyidik juga sudah menerima hasil visum sementara. Seperti diketahui, kemarin, S sudah dibawa keluarganya ke RSUD Djasamen Saragih.
“Sudah kita terima laporan, termasuk kita telah menerima hasil visum. Sejauh ini masih dilakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi,” katanya.
Namun soal jumlah pelaku yang memerkosa dan menganiaya korban, Arnol belum bisa memastikannya. Sebab saat pemerkosaan berlangsung, suasana di ruangan kelas di komplek SMPN 7 itu gelap. “Namun begitu, sejauh ini terduga pelaku ada 8 orang. Untuk kepastian berapa orang yang memperkosa, belum dapat diketahui. Anggota hingga sekarang masih di lapangan dan melakukan pengejaran,” tegasnya.
Lanjutnya menerangkan, tersangka RIS adalah seorang mahasiswa. Parahnya lagi, saat penangkapan terhadap RIS, polisi menemukan narkotika jenis ganja dari saku jaketnya.
“Nah, beranjak dari penemuan ganja tersebut, kami melakukan pengembangan. Hasilnya, kami menangkap tiga pria lain. Namun, ketiga pria yang kita amankan itu tidak terkait dalam kasus pemerkosaan. Kini ketiganya sedang menjalani pemeriksaan di Sat Res Narkoba Polres Siantar. Sedangkan tersangka AJP dan RIS saat ini sedang menjalani pemeriksaan intensif di ruangan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Sat Reskrim Polres Siantar,” ujarnya.
Sementara itu Kanit PPA Polres Siantar Aiptu Malon Siagian ketika ditanyakan tentang tersangka yang baru ditangkap, belum bersedia memberikan komentar. “Nantilah itu kita kasih penjelasan. Mau kita bawa lagi kedua tersangkanya untuk pengembangan,” tegasnya.
Amatan di Polres Pematangsiantar, begitu tiba, RIS yang tangannya diborgol langsung dibawa menuju ruangan PPA. Wajahnya juga ditutupi menggunakan baju yang diikatkan.
Melihat itu, dua wanita yang merupakan keluarga korban langsung mengejar keduanya.
Diduga mereka hendak menganiaya AJP dan RIS. Namun hal itu tidak sampai terjadi karena polisi langsung cekatan menghalangi keluarga korban. Selanjutnya, keduanya lolos dari amukan keluarga korban dan langsung menjalani pemeriksaan di ruangan terpisah di UPPA.
Saat penyidik melakukan pemeriksaan terhadap orangtua S bersama saksi-saksi di ruangan penyidik unit PPA sekira pukul 13.30 WIB, seorang wanita bernama N br Simanjuntak yang mengaku orangtua dari SS (15), teman dekat korban yang diduga terlibat, datang ke Polres Siantar.
Kedatangan wanita bertubuh pendek dan berbadan tambun itu hanya mau mencari anaknya. Soalnya ia menerima kabar jika SS telah ditangkap malam hari setelah kejadian.
“Aku orangtuanya dan dapat kabar anakku SS ditangkap tadi malam. Tadi kami baca di Koran. Kami cari ke sini, kata polisi nggak ada ditangkap anakku,” katanya.
Dijelaskannya lagi, biasanya SS selalu bermain di warnet dekat rumah. Namun pada Sabtu (24/12) malam, SS pergi keluar rumah tanpa sepengetahuannya.
Apalagi selama ini, SS sering tidur di rumah neneknya di kawasan Lorong 5, Kelurahan Sigulang-gulang, Siantar Utara.
“Biasanya dia selalu pulang ke rumah. Semalam siang SS baru pulang ke rumah, lalu pergi lagi ke luar,” ucapnya.
Dijelaskannya, ketika pulang ke rumah itu pun, SS tidak ada cerita apa-apa. Bahkan tak terlihat wajahnya seperti orang yang sedang dirundung masalah. “Makanya aku sangat terkejut begitu dapat kabar SS ikut melakukan pemerkosaan dan penganiayaan dengan teman-temannya. Padahal pemalu sekali anakku ini. Kalau didekati sama perempuan, anakku pasti lari dan marah. Makanya kagetlah dapat kabar kayak begitu. Baik-baik saja dia selama ini,” ceritanya.
Sementara itu penjaga SMPN 7 bermarga Hutapea yang ditemui kemarin, mengakui bahwa pihak kepolisian sudah turun ke sekolah itu untuk melakukan olah TKP, Minggu (25/12) lalu.
“Saya tidak tahu kejadiannya. Saat itu, Sabtu (24/12) sekira pukul 07.00 WIB, saya pergi ke gereja.
Karena malam itu malam Natal. Pulang dari gereja pukul 21.00 WIB dan saya sampai di rumah pukul 21.30 WIB,” kata Hutapea.
Dikatakan, saat kejadian sekira pukul 02.00 WIB, ia mengaku sudah pulang ke rumah dan beristirahat.
“Sekolah saya tutup, jadi saya tidak tahu kejadian itu,” ujarnya sambil menunjukkan ruang agama yang diduga menjadi lokasi pemerkosaan pertama, serta ruang kelas VIII-2 yang diduga menjadi tempat eksekusi pemerkosaan kedua.
“Gerbang sekolah selalu dalam kondisi terkunci.saat saya tinggal,” akunya. (th/hez)