TASLABNEWS, ASAHAN – Bagi warga Kota Kisaran, Kabupaten Asahan pasti tak asing lagi dengan
makanan bubur kacang hijau yang sudah puluhan tahun berjualan di Jalan Rivai,
Kelurahan Kisaran Kota, persisnya di depan SMPN 5 Kisaran. Siapa sangka,
ternyata usaha ini telah menjadi warisan turun temurun sejak tahun 1985 hingga
saat ini.
makanan bubur kacang hijau yang sudah puluhan tahun berjualan di Jalan Rivai,
Kelurahan Kisaran Kota, persisnya di depan SMPN 5 Kisaran. Siapa sangka,
ternyata usaha ini telah menjadi warisan turun temurun sejak tahun 1985 hingga
saat ini.
Heriadi di lokasi usaha bubur kacang hijau miliknya telah bertahan 35 tahun. |
Pemilik usaha, Heriadi (40) saat diwawancarai mengatakan,
usaha ini terlebih dahulu dirintis oleh orang tuanya (almarhum ayahnya) sejak
ia masih duduk di bangku sekolah dan membantu sang ayah berjualan.
usaha ini terlebih dahulu dirintis oleh orang tuanya (almarhum ayahnya) sejak
ia masih duduk di bangku sekolah dan membantu sang ayah berjualan.
“Usaha ini memang
dirintis almarhum ayah saya sejak tahun 1985, awal mulanya kami berjualan di
Jalan Imam Bonjol Kisaran, persisnya di depan bioskop Ria dulu,” kata ayah 4
anak ini saat berbincang dengan wartawan baru-baru ini.
dirintis almarhum ayah saya sejak tahun 1985, awal mulanya kami berjualan di
Jalan Imam Bonjol Kisaran, persisnya di depan bioskop Ria dulu,” kata ayah 4
anak ini saat berbincang dengan wartawan baru-baru ini.
Hingga pada akhirnya, sampai tahun 1994 ketika itu
Bupati Asahan dijabat oleh Rihold Sihotang memindahkan seluruh pedagang kaki
lima khususnya yang berjualan makanan ke Jalan Rivai.
Bupati Asahan dijabat oleh Rihold Sihotang memindahkan seluruh pedagang kaki
lima khususnya yang berjualan makanan ke Jalan Rivai.
“Sejak saat itu,
hingga kini kami tetap berjualan bubur,” kata dia.
hingga kini kami tetap berjualan bubur,” kata dia.
Oleh karenanya, tak heran hingga kini usaha turun temurun
tersebut tetap hati bagi para pelanggannya meski usaha serupa telah puluhan
tempat bertebaran di jalanan kota
Kisaran. “Kalau resep khususnya tak ada bang, mudah mudahan bahan olahan bubur
yang kami buat ini mulai dari gula, santan semuanya alami bubur yang dimasak
juga kacang pilihan,” katanya.
tersebut tetap hati bagi para pelanggannya meski usaha serupa telah puluhan
tempat bertebaran di jalanan kota
Kisaran. “Kalau resep khususnya tak ada bang, mudah mudahan bahan olahan bubur
yang kami buat ini mulai dari gula, santan semuanya alami bubur yang dimasak
juga kacang pilihan,” katanya.
Perjuangan menghidupi keluarga dari semangkok bubur juga
dirasakan oleh istrinya Ratih (38). Setiap hari, mulai pukul 16:00 WIB sampai
pukul 23:00 WIB pasangan suami istri ini bergantian menjaga usaha mereka agar
pelanggan tak kehilangan.
dirasakan oleh istrinya Ratih (38). Setiap hari, mulai pukul 16:00 WIB sampai
pukul 23:00 WIB pasangan suami istri ini bergantian menjaga usaha mereka agar
pelanggan tak kehilangan.
Ratih, istri Heriadi mengatakan seharinya mereka dapat
menjual sampai 200 mangkok perhari dengan aneka menu pilihan bubur diantaranya
bubur kacang hijau, pulut hitam, caca, jagung dan sumsum. Meski harga bahan
makanan merangkak naik, mereka mengaku enggan untuk menaikkan harga jual kepada
pelanggan. Sekarang bubur ini dijual Rp6.000,- per porsi.
menjual sampai 200 mangkok perhari dengan aneka menu pilihan bubur diantaranya
bubur kacang hijau, pulut hitam, caca, jagung dan sumsum. Meski harga bahan
makanan merangkak naik, mereka mengaku enggan untuk menaikkan harga jual kepada
pelanggan. Sekarang bubur ini dijual Rp6.000,- per porsi.
“Memang harga bahan makanan sudah banyak yang naik terutama
gula merah dan kelapa. Puncak usaha ini terjadi sekitar 5 – 10 tahun lalu dalam
sehari kami bisa menghabiskan sekitar 400 mangkok, kalau sekarang memang agak
berkurang,” kata warga yang tinggal di Jalan Pramuka Gang Setia ini. (dhan/syaf)
gula merah dan kelapa. Puncak usaha ini terjadi sekitar 5 – 10 tahun lalu dalam
sehari kami bisa menghabiskan sekitar 400 mangkok, kalau sekarang memang agak
berkurang,” kata warga yang tinggal di Jalan Pramuka Gang Setia ini. (dhan/syaf)