Di sambangi di lokasi lapangan balap sepeda yang dibangunnya, Rabu (18/1), Hari mengaku bangga bisa membangun lapangan balap sepeda BMX bertaraf nasional di Asahan. Meski harus bersusah payah, Heri akhirnya jeripayah Heri berhasil mengumpulkan pundi-pundi untuk mengwujudkan impiannya.
Heri pria kelahiran 29 Maret 1979, lulusan Madrasah Aliyah Negeri Kisaran ini mengaku, sejak tahun 1998 ia mengadu nasib di negeri jiran tetangga Malaysia, bekerja sebagai welding (tukang las) di salah satu perusahaan di Malaysia.
Setelah sepuluh tahun lamanya merantau di negeri orang, akhirnya dia kembali ke kampung halamannya. Pulang dari Malaysia, Heri membangun bengkel las dengan nama Jaya Abadi Umbut-Umbut, di Kecamatan Kisaran Timur, Asahan. Namun usaha yang dirintisnya gagal.
Meski begitu, Heri tak putus asa. Heri kembali mencoba keberuntungan dengan membuka travel perjalanan Indonesia-Malaysia. Usaha ini ia geluti hari demi hari ini menunjukkan tanda-tanda perkembangan.
Tahun 2003, Heri memilih untuk berumah tangga dan kini ia dikaruniai 3 orang anak yakni Muhammad Ibnu Rosyid Aulia, Dito Aidil Akbar dan Tito Ardian Putra. Ketiga putranya ini mempunyai hobi yang sama yaitu bermain sepak bola.
Untuk membuat senang anak-anaknya, ia mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) dengan nama Subala artinya Siumbut-Umbut Baru dan Lama. Setelah empat tahun menggeluti olahraga sepakbola ini, Heri selalu kecewa.
Suatu hari, tanpa sepengetahuannya, anaknya yang paling besar bernama Muhammad Ibnu Rosyid Aulia belum pulang ke rumah walau pun waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB.
Saat itu Aulia pergi membawa sepeda BMX buruk punyanya. Hal itu membuat Heri gelisah. Karena semua kawan-kawan Aulia yang ditanyai tak mengetahui keberadaannya. Setelah mencari ke sana-kemari, akhirnya Heri melihat Aulia.
Namun Heri merasa heran, karena anaknya pulang dengan membawa 2 sepeda BMX serta 1 piala yang besar dan uang tunai sebesar Rp500 ribu.
Lalu Heri mengikuti anaknya secara diam-diam. Sesampainya di rumah, Heri mempertanyakan dari mana kiranya anaknya pergi.
Lalu jawaban anaknya: “Ikut balap sepeda yang digelar di belakang Kantor Kodim 0208 Asahan,” pak, kata Heri menirukan ucapan anaknya.
Mendengar pengakuan anaknya yang begitu polos, serta celana dan bajunya yang berlepotan lumpur, membuatnya tidak jadi marah. Padahal sebenarnya ia ingin marah besar kepada anaknya itu.
Namun tanpa disadari air mata Heri jatuh ke pelipisnya melihat anaknya meraih juara 1 balap sepeda BMX. Tanpa disadarinya, ia langsung memeluk erat-erat anaknya sebagai tanda kegembiraan bahwa anaknya rupanya berjuang mengikuti kejuaraan balap sepeda BMX dan meraih juara. Setelah menasehatinya, Heri menyuruh Aulia mandi.
Kejadian inilah yang menjadi awal Heri ingin mendirikan lapangan balap sepeda BMX di Asahan. Sedangkan kepada Aulia, Heri terus memberikan motivasi dan memberikan kepercayaan kepada Aulia agar mengikuti pelatihan balap sepeda BMX.
Sejak saat itu Aulia dan adiknya Dito Aidil Akbar mengikuti puluhan kali event-event kejuaraan balap sepeda BMX di daerah Kisaran dan luar Kisaran. Kedua anaknya itu berhasil mengkoleksi 40 koleksi piala milik mereka.
Di rumah saat ini, kemudian karena bakatnya yang begitu menonjol saya membawa mereka mengikuti event BMX se-Asia Tenggara yang diikuti 12 Negara Asean tahun 2015 yang digelar di Batu Cepes Selangor Malaysia. Mereka memang benar-benar handal, Muhammad Ibnu Rosyid Aulia untuk kategori U 11-12 tahun meraih juara I dan adiknya Dito Aidil Akbar untuk U 10-11 tahun meraih juara IV, kemudian bungsunya Tito Ardian Putra kelas 7-8 tahun meraih juara I.
Melihat ketiga anaknya yang begitu semangat dan mendarah daging pada olahraga balap sepeda BMX, itulah mengilhamin Heri membuat lapangan balap sepeda BMX bertaraf nasional di Asahan.
Apalagi saat di Malaysia lapangan balap sepeda BMX begitu indah dan cantik serta megah. Impiannya untuk membangun lapangan balap sepeda BMX itu sekitar tahun 2016 dengan panjang 130 meter dan lebarnya 15 meter. Akhirnya Heri berhasil membangun lapangan tersebut tepatnya di Jalan Besar Siumbut-Umbut.
Untuk mendesain lapangan balap sepeda BMX tersebut, Heri mendatangkan arsitek dari Jawa. Selama 4 bulan, akhirnya lapangan ini siap dengan nama BMX Putra Asahan. Heri harus menghabiskan Rp500 juta dari uangnya sendiri untuk membangun lapangan tersebut.
Memang diakuinya saat ingin untuk membangun lapangan balap sepeda BMX ini ada tantangan dari keluarga yang mengatakan itu pekerjaan sia-sia dan yang pantas membangun lapangan balap sepeda BMX itu seharusnya Pemkab Asahan.
Namun Heri menjelaskan bahwa niatnya untuk membangun lapangan balap sepeda BMX itu dengan niat ikhlas belaka tanpa embel-embel orang lain dan sebagai darma bhaktinya sebagai warga Asahan untuk membantu para olahragawan balap sepeda BMX yang sudah dipertandingkan di olimpiade Sea Games dan PON.
Setelah pembangunan lapangan balap sepeda BMX selesai, Heri tidak berhenti berkreasi, untuk memoles para pebalap BMX nya ia mendatangkan pelatih dari Jawa bernama Sapril Rianto Thomas mantan atlit BMX dan MTB dari Blitar Jawa Timur yang pernah melahirkan atlit BMX dan MTB pada kejuaraan Indonesia di Jawa Timur, dengan honor Rp10 juta sebulan.
Namun atlit balap sepeda yang didatangkan dari Jawa ini tidak diperpanjang kontraknya karena sudah ketiadaan dana karena sebulan Rp10 juta cukup besar. Di samping itu setelah dilatih sebulan para atlit balap sepedanya sudah menangkap ilmu yang diberikan.
Heri juga memohon kepada Pemkab Asahan agar diperhatikan dengan cara dapat bekerjasama dengan Disporabudpar Asahan yaitu dengan cara apabila ada atlit-atlit BMX Asahan silahkan berlatih di lapangannya hanya membayar Rp5 ribu.
Karena dia punya niatan serta ikhlas bahwa lapangan balap sepeda BMX ini dibuat semata-mata hanya untuk kemajuan balap sepeda BMX di Asahan, bahkan di lapangan itu disediakan fasilitas sekolah BMX.
“Bila Bupati Asahan Drs H Taufan Gama Simatupang MAP beserta instansi terkait ingin melihat lapangan balap sepeda BMX yang kita buat ini, kami membuka pintu selebar-lebarnya dan merasa tersanjung Pak Bupati Asahan bisa datang,” ucapnya mengakhiri. (mar/syaf/ma/int)