MEDAN-Kondisi kedua bayi kembar siam yang dirawat di Ruang Rawat Inap Anak dan Perinatologi Instalasi Rindu B di bagian Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik (HAM) saat ini masih belum stabil.
Hal ini diungkapkan Sekretaris tim dokter yang menangani kedua pasang bayi kembar siam, dr Rizky Adriansyah SpA(K) kepada wartawan, Sabtu (1/4). Menurut tim dokter, kondisi keduanya masih stabil. Begitu pula pada satu dari dua pasang bayi kembar siam yakni bayi perempuan asal Kisaran, Kabupaten Asahan yang mengalami perlengketan tulang dada bagian bawah, kesehatannya semakin membaik dan sudah tidak menggunakan infus lagi.
“Kondisi mereka relatif stabil. Kita rawat di NICU untuk pemantauan hemodinamik seperti denyut jantung, nadi, nafas, dan temperatur tubuhnya,” ujar Rizky.
Menurut Rizky, bayi kembar siam lainnya yaitu bayi berkepala dua dari Binjai masih menggunakan infus. Hal itu disebabkan bayi asal Desa Sei Semayam, Dusun 13 Kampung Pon, Binjai tersebut baru saja dilakukan pembedahan pembuatan lubang anusnya pada Rabu (29/3) lalu.
“Bayi laki-laki berbadan satu, berkepala dua masih menggunakan infus sampai sekarang. Karena mereka masih memerlukan obat-obat yang diberikan lewat infus,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Humas RSUP Haji Adam Malik, Masahadat Ginting menyampaikan, bayi perempuan itu memang sudah tidak menggunakan infus lagi. Kedua bayi dempet perut kondisinya stabil dan tangisannya mulai kuat seperti anak normal. “Bayi itu juga sudah mampu menghisap susu dengan kuat dan jatah yang diberikan selalu habis diminum melalui botol dot,” jelas Ginting.
Kondisi itu berbeda dengan bayi berbadan satu berkepala dua. Ginting menyebutkan, bayi ini masih menggunakan alat bantu nafas. Meskipun kondisinya relatif stabil, namun masih terbilang lemah. “Anus yang sudah dibedah oleh tim dokter kini sudah berfungsi. Bayi laki-laki berkepala dua itu juga sudah diberi nama oleh orangtuanya, yaitu Andra dan Andre,” tuturnya.
Ginting menuturkan, untuk penanganan selanjutnya kedua bayi kembar siam ini, pihaknya sudah merincikan tim dokter sangat lengkap. Mulai dari bedah plastik, bedah torax, jantung anak, bedah anak dan dokter lainnya yang berkaitan.
Sebelumnya, Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP Haji Adam Malik, dr Mardianto SpPD menambahkan, pihaknya harus bekerja ekstra dan memberikan pelayanan optimal. RS dan manajemen sudah menyiapkan fasilitas sebaik mungkin. Perawatan dan pengobatan kedua pasang bayi kembar siam ini akan menjadi tanggung jawab pemerintah dan RS milik Kementerian Kesehatan itu.
Secara umum, lanjut dr Mardianto, tim dokter didukung staf senior dan seluruh tim berkaitan dengan proses penanganan kedua pasang bayi kembar siam itu. Dia juga mengaku menyiapkan untuk semua implikasi pelayanan.
“Hanya di RSUP H Adam Malik pusat rujukan yang difasilitasi dengan tenaga ahli. Bayi-bayi ini menjadi tanggungan RS dan pemerintah mulai dari perawatan hingga operasi. Kami tergantung staf medik sampai mana tahap lanjutan yang akan dilakukan pada kedua pasang bayi tersebut nantinya,” pungkasnya.
Terpisah, dr Makmur Sitepu SpOG (K) mengatakan, terjadinya kembar siam atau perlengketan, dikarenakan gagalnya berpisah atau gagalnya pembelahan sel dalam dua minggu setelah kehamilan. “Kalau dalam dua minggu tidak terjadi pembelahan sel, jadi kembar siam. Kenapa ini terjadi, kita belum tau dan kita juga gak tau bagaimana cara menghindarinya,” ujarnya.
Menurutnya, kasus ini sangat jarang terjadi dengan perbandingan 1 : 200.000. “Kalau terjadi perlengketan di dalam kandungan, gak bisa dipisahkan. Jadi, lebih banyak ke nasib,” tandas dr Makmur. (syaf/int)