yang dimiliki, Motif sakit hati membuat Nurhasanah boru Siregar (23) menyusun
rencana untuk menghabisi nyawa Klara Sialagan dan Nursi Sirait. Bahkan Nurhasana mengaku puas dengan kinerja orang bayaran yang disewanya untuk membunuh kedua korban.
boru Siregar yang tinggal di Dusun III, Desa Lobu Rappa, Kecamatan Aek
Songsongan kepada wartawan, ia mengaku tidak takut dengan ancaman hukuman yang
akan dijalaninya.
“Saya puasa keduanya mati dan saya puas dengan kerja orang yang saya bayar. Saya tak takut dengan ancaman hukuman yang akan saya terima. Saya lah
yang menyuruh pembunuh bayaran itu. Terus terang saya sakit hati kepada
keduanya (korban),” ujarnya santai saat di ruang piket serse Mapolres
Asahan.
Motif sakit hati itu, dituturkan Nurhasanah, bermula saat korban Klara Sialagan
selalu mempertanyakan uang yang diserahkan kepadanya. Duit Klara Sialagan, aku
Nurhasanah, memang diserahkan kepadanya untuk diputar.
putar dan sebagian lagi saya habiskan dengan pacar saya,” ucapnya.
Memang, kata Nurhasanah, selama ini Klara Sialagan yang seharinya sebagai PNS
tersebut memiliki usaha rentenir. Beberapa waktu lalu korban Klara Sialagan
memang ada mempertanyakan catatan transaksi pinjaman pelanggan itu, namun
sebagian ada kukasih dan yang lain saya buat nama-nama palsu. Nah, rupanya
Klara Sialagan marah dan itu membuat Nurhasanah sakit hati.
“Antara saya dengan kedua korban tersebut masih ada kaitan saudara, karena
saya sakit hati saya ada cerita sama pacar saya yang bernama Nardi Pasaribu.
Selanjutnya atas saran pacar saya, saya juga meminta bantuan kepada Rudi Purba
dan Buchori, keduanya sanggup untuk menyelesaikan namun dengan imbalan,”
tuturnya.
Harga untuk menyewa para pembunuh Rp5 juta, namun Nurhasanah baru membayarnya
Rp1 juta.
4 juta lagi sebagai imbalan aksi pembunuhan itu,” tukasnya.
berhasil mengungkap kasus pembunuhan dua wanita paruh baya, Klara boru
Siallagan (56) dan Nursiah boru Sirait (54). Polisi mengamankan empat pria dan
satu wanita. Wanita yang diketahui bernama Nurhasanah boru Siregar alias Cencen
(23) diduga sebagai dalang/otak pelaku pembunuhan. Saat ditangkap polisi,
Cencen malah ketawa-ketawa. Sementara dari empat pria yang diringkus, salah
satunya merupakan penadah yang membeli Hp milik korban.
pembunuhan Klara yang merupakan warga Kecamatan Bandar Pasir Mandoge dan
Nursiah boru Sirait warga Dusun III, Desa Lobu Rappa, Kecamatan Aek Songsongan
Asahan ini yakni Rudi Purba (27), Nardi Pasaribu (23), Ahmad Bukhori (26),
ketiganya sebagai eksekutor. Sedangkan Agus Salim Hasibuan (34) warga Kecamatan
Rahuning Asahan sebagai penadah hasil kejahatan. Ada pun otak pelaku pembunuhan yakni
Nurhasanah boru Siregar alias Cencen. Kelima tersangka berhasil diamankan dari
sejumlah lokasi berbeda, Rabu (12/7).
“Pelaku
pertama yang kita amankan si Agus, berawal dari Hp korban yang dijual para
pelaku.
Selanjutnya
kita ringkus Cencen, lalu pacarnya si Nardi, dan terakhir kita ringkus Rudi dan
Ahmad. Agus, Rudi dan Ahmad kita ringkus di daerah Damuli (Labura) tadi siang
sekitar pukul 11 siang,” terang Kapolres Asahan AKBP Kobul Syahrin Ritonga
SIK didampingi AKBP Faisal Napitupulu SIK, Kasat Reskrim Polres Asahan AKP Bayu
Putra Samara SIK dalam rillis di Mapolres Asahan, Rabu (12/7) sekira pukul
18.00 WIB.
Lanjut
mantan Kapolres Dairi ini, ada pun motif dari pembunuhan didasari sakit hati
Cencen terhadap mantan majikannya, Klara boru Sialagan.
Pada
wartawan, Nurhasanah alias cencen mengaku sakit hati pada klara karena terus
didesak untuk menunjukkan surat tanah.
“Surat
tanahnya samaku, kusimpan. Dimintanya terus, takut kali dia kujual. Aku yang
megang semua surat surat berharga punya dia. Habis itu dia sibuk kali minta
catatan peminjam. Aku kerja sama dia dua tahun. Tapi waktu itu karena nggak
kutunjukkan, aku langsung dipecatnya gitu aja. Aku pacaran sama Nardi udah dua
tahun,” jawabnya santai di sela-sela kegiatan pemeriksaan.
Namun
saat ditanya apakah ia menyadari dan siap menerima hukuman atas perbuatannya,
cewek kurus ini tak mampu menjawab dan tubuhnya langsung roboh ke lantai.
(baca: SADIS!! Kakak dan Adik Warga Asahan Ini Dibunuh Dalam
Kamar)
“Bangun
kau, jangan pura pura pingsan. Tadi gaya kau santai mulai dari ditangkap, malah
ketawa-ketawa. Itu dosamu, cepat berdiri,” hardik dua polwan pada Cencen.
Sedangkan
Ahmad Bukori, pelaku sekaligus eksekutor pembunuhan pada wartawan mengaku
dirinya terpaksa membunuh Nursiah karena saat itu korban terbangun.
“Pas
kutikam (Klara), dia (Nursiah) bangun,” ucapnya singkat sembari merintih
kesakitan.
“Aku
nunggu di luar, jaga-jaga. Yang masuk Nardi sama Bukori,” kilah Rudi Purba.
Sementara
Agus sebagai penadah barang milik korban yang dijual para tersangka mengaku
telah ditipu para tersangka.
“Aku
ditipu orang ini bang. Si Nardi ngaku mau minjam uang, gadaikan hp ini. Nyesal
aku bang. Istriku lagi hamil besar, anakku mau jalan tiga,” aku Agus Salim
pada wartawan.
Terpisah,
anak sulung Nursiah boru Sirait, L Manik ditemui wartawan usai pemakaman ibunya
meminta agar para pelaku dihukum seberat-beratnya.
“Mamak
memang tinggal sendiri, kami merantau semua. Kami minta para pelaku dihukum
maksimal. Karna kalaupun dibilang nyawa bayar-nyawa nggak mungkin, karena itu
nggak bisa juga menghidupkan kembali mamak kami,” pinta Manik diamini
adiknya Adi Juanda Manik di rumahnya.
Info lain
diperoleh wartawan dari sejumlah warga, beberapa hari sebelum kejadian, korban
Klara dan Nursiah terakhir kali terlihat sekitar, Sabtu (8/7) lalu.
“Jumat
orang itu dua ke Medan, ikut rombongan pesta keluarga bu Nursiah, Sabtu nya
pulang. Udah, habis itu nggak pernah saya liat lagi,” ucap boru Panjaitan
sembari membenarkan profesi sampingan Klara adalah menjalankan uang.
“Orang
itu (pelaku) masuk dari jendela samping. Di congkel. Kejam kali lah lae,
cocoknya dimatikan aja itu,” timpal marga Manik.
Amatan
awak korban, sejumlah kerabat maupun warga sekitar rumah Nursiah boru Sirait
terlihat hadir di acara pemakaman. Ibu 6 anak itu dikebumikan di lahan milik
keluarganya, yang berada persis dibelakang rumah, sekitar pukul 16.00 WIB.
Sementara Klara boru Sialagan dikebumikan di Kota Pematangsiantar, hari yang
sama.
(baca: Pembunuhan itu Sudah Direncanakan 2 Minggu Sebelumnya)
Pengungkapan
kasus ini juga menepis isu berkembang, yang awalnya menyebut ada keterlibatan
mantan suami Klara, bermarga Sirait maupun anak kandungnya Parlin Sirait dalam
pembunuhan ini.
Sebelum
pemakaman Nursiah boru Sirait, Kapolres Asahan AKBP Kobul Syahrin Ritonga SIK
juga tampak hadir didampingi sejumlah perwira Polres Asahan.
Seperti
diberitakan sebelumnya, warga Desa Lobu Rappa Kecamatan Aek songsongan
Kabupaten Asahan heboh. Pasalnya, dua wanita paruh baya ditemukan tewas dengan
kondisi tragis.
Korban
adalah Klara boru Sialagan (56) warga Desa Silau Jawa Kecamatan Bandar Pasir
Mandoge dan Nursi boru Sirait (54), warga setempat, ditemukan bersimpah darah
dan meninggal dunia dalam rumah Nursi, Selasa (11/7) sekira pukul 03.00 WIB.
Penemuan
jasad kedua wanita paruh baya itu pertama kali ditemukan oleh Parlin Sirait
(26), anak bungsu Klara boru Sialagan.
Informasi
diperoleh, subuh itu, Parlin baru saja datang dari kota Kisaran menuju rumah
Nursi, tak lain namborunya (bibik) sendiri, usai menghadiri pesta.
Sampai di
lokasi, ayah satu anak yang ditinggal pergi istrinya itu memanggil nama kedua
korban. Tak juga mendapat sahutan, Parlin menuju ke samping rumah. Namun baru
saja tangannya mengetuk pintu samping yang terbuat dari kayu itu, pintu
langsung terbuka.
Penasaran,
pria pengangguran ini langsung memeriksa seisi rumah sembari memanggil nama
kedua korban.
Saat
pintu kamar Nursi disorongnya, pemandangan tragis pun tersaji, wanita yang
melahirkannya ke dunia itu didapati meninggal dunia dengan tubuh penuh luka dan
bersimpah darah di atas tempat tidur, dengan posisi menyamping.
Begitu
juga dengan namborunya, Nursi, wanita beranak 6 yang ditinggal mati suaminya
sekira 5 tahun lalu itu diliatnya dengan kondisi yang sama dengan ibunya, di
lantai kamar.
Penemuan
itu langsung dilaporkan Parlin ke salah satu warga, bernama Nurmawati boru
Pasaribu (52), berjarak sekitar 300 meter dari rumah korban.
Pada
Nurmawati, sembari memeluk, Parlin menyebut kalau ibu dan namborunya itu telah
meninggal dunia.
“Wak-wak
udah meninggal mamaku sama Nursi br Sirait di rumah namboru,” akunya.
Pengakuan
ini lantas ditanyakan Nurmawati mengapa bisa seperti itu dan langsung dijawab
Parlin,
“Enggak
tahu wak,” ucapnya dan langsung pengakuan ini diteruskan Nurmawati kepada
warga lain dan diteruskan ke pihak kepolisian dari Polsek Bandar Pulo. (syaf)