BATUBARA-Setiap hari Muhammad Ihsan yang masih berusia dua tahun ini merintih kesakitan menahan rasa sakit di kepalanya. Bocah malang ini menderita penyakit Hydrocephalus. Akibat kehidupan ekonomi orangtuanya yang kurang mampu membuat orangtua bocah malang itu tidak bisa mengobati penyakitnya.
Saat ditemui di rumah orangtuanya di Gang Nanas, Desa Durian, Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batubara, Muhammad Ihsan tampak tengah berbaring diayunan. Sesekali ibunya Sundari Eka Wati (28) mengayun Muhammad Ihsan agar tidak rewel dan menangis menahan rasa sakit pada dikepalanya yang terus membesar. Rasa sakit yang tak terhingga membuatnya terus menangis setiap waktu.
Saat ditemui wartawan koran ini, Kamis (6/7), ayah Muhammad Ihsan yakni Jamin Syaputra (32) tampak hanya tertunduk lesu didinding rumah melihat istrinya Sundari Eka Wati (28) menangis saat mengayun anak ketiga buah hasil pernikahan mereka tersebut. Muhammad Ihsan sendiri hanya berbaring diayunan dan sesekali menangis menahan rasa sakitnya.
Jamin Syaputra dan Sundari Eka Wati mengaku sebelumnya mereka tidak mengetahui jika putra mereka mengidap penyakit tersebut.
“Penyakitnya ini terjadi saat dia berumur enam bulan, saat itu putra kami ini sempat demam tinggi, muntah-muntah, hingga pernah kejang-kejang juga, karena itu kami langsung membawanya berobat ke Puskesmas, namun katanya putra bungsu kami ini cuma sakit demam dan masuk angin saja,” ujar keduanya.
Namun, hari demi hari, penyakit yang dialami putranya itu tak kunjung membaik, bahkan kondisinya terus memburuk.
“Bahkan semakin hari, kening dan bagian kepala putra kami ini terus membesar, dan pembengkakan pada bagian kepalanyapun terus terjadi,” katanya.
Melihat kejanggalan dan kesehatan buah hatinya yang terus menurun dan mengancam nyawanya, membuat pasutri tersebut berupaya mengobati penyakit putranya, berharap penyakitnya akan segera sembuh.
“Saat itu kami coba membawa putra kami berobat kerumah sakit di Medan dengan berbekal kartu BPJS yang kami punya, namun saat itu putra kami tidak mendapatkan perawatan khusus dan hanya dirawat biasa saja.
“Saat itu, dokter yang menangani penyakit putra kami ini mengatakan putra kami menderita penyakit Hydrocephalus dan menyarankan agar membawanya ke Rumah Sakit di Penang untuk dilakukan operasi, namun biayanya tidak sedikit mencapai Rp120 juta. Karena kami orang nggak punya sampai sekarang putra kami belum mendapatkan perawatan medis untuk di sembuhkan,” ungkapnya.
Meski demikian, sebagai orangtua keduanya mengaku terus berusaha mengobatkan putranya itu dengan obat seadanya. Mereka berharap putra mereka akan segera sembuh.
“Tapi karena kami tidak lagi memiliki biaya, putra kami ini hanya dirawat di rumah saja,” ucap mereka.
“Kalau masalah makannya, putra kami ini masih tetap mau makan seadanya, namun dia selalu rewel dan nangis menahan rasa sakit penyakitnya itu. Hingga dia tidak bisa ditinggal dan selalu pengen diayun, sebab dia gak bisa berbaring di kasur. Keadaan itu membuat saya harus selalu berada didekatnya dan tidak bisa bekerja lain selain di rumah,” kata Sundari Eka Wati sambil mengusap airmatanya yang terus menetes melihat kondisi putranya itu.
“Saat ini saya tidak bisa berbuat banyak untuk membawa putra kami ini berobat untuk kesembuhannya, sebab pekerjaan saya cuma mocok-mocok dan cuma cukup untuk makan keluarga saja. Kami cuma berharap uluran tangan bantuan serta perhatian dari pemerintah khususnya Pemerintah Batubara melalui dinas terkait. Kami juga berharap uluran tangan dari para dermawan agar putra kami bisa berobat agar segera sembuh,” kata keduanya sambil menangis mengakhiri percakapan. (Syaf)