TASLABNEWS, MEDAN – Kedatangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah ke Perkampungan Syekh Silau Laut, Kabupaten Asahan, Kamis (5/4) disambut dengan
suka cita.
suka cita.
Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah saat berkunjung ke Perkampungan Syekh Silau Laut, Kabupaten Asahan |
Pimpinan Zuriat Tuan Syekh Silau Laut, H Ibrahim Ali (62). Kepada
warga yang hadir, Ibrahim Ali mengisahkan sosok sosok Ijeck dan kakeknya Al
Hafidz Haji Gulrang Shah.
warga yang hadir, Ibrahim Ali mengisahkan sosok sosok Ijeck dan kakeknya Al
Hafidz Haji Gulrang Shah.
“Musa Rajekshah atau Ijeck ini keluarga besar Silau Laut.
Dia sudah pernah ke sini beberapa kali. Waktu itu masih lajang Ijeck. Di bawa
sama ayahanda Bang Haji Anif,” kata Haji Ibrahim Ali.
Dia sudah pernah ke sini beberapa kali. Waktu itu masih lajang Ijeck. Di bawa
sama ayahanda Bang Haji Anif,” kata Haji Ibrahim Ali.
Haji Ibrahim Ali melanjutkan ceritanya soal sejarah Syekh
Silau Laut. Selain pernah menjadi panglima perang di Kedah (Malaysia), Tuan
Syekh Abdur Rahman (Tuan Syekh Silau Laut I), seusai menimba ilmu di Mekkah,
kembali ke Sumatera Utara dan mengembangkan Tareqat Syattariah di Silau Laut
hingga wafat pada 2 Jumadil Awal 1360 H atau 28 Februari 1941, dalam usia 125
tahun. Kemudian, dilanjutkan oleh Tuan Syekh Silau Laut II, Tuan Syekh Muhammad
Ali Silau Laut.
Silau Laut. Selain pernah menjadi panglima perang di Kedah (Malaysia), Tuan
Syekh Abdur Rahman (Tuan Syekh Silau Laut I), seusai menimba ilmu di Mekkah,
kembali ke Sumatera Utara dan mengembangkan Tareqat Syattariah di Silau Laut
hingga wafat pada 2 Jumadil Awal 1360 H atau 28 Februari 1941, dalam usia 125
tahun. Kemudian, dilanjutkan oleh Tuan Syekh Silau Laut II, Tuan Syekh Muhammad
Ali Silau Laut.
“Semasa Tuan Syekh Silau Laut hidup, murid beliau banyak di
sini. Satu hal yang harus saya sampaikan, Kakek dari Ijeck, yang kami panggil
dengan sebutan Tuan Kabul (Al Hafidz Haji Gulrang Shah), sudah sampai di sini.
Sambil berdagang ke sini, beliau juga mengajar di sini. Beliau adalah tandem
Tuan Syekh Silau Laut dalam belajar dan juga mengajar murid-murid Tuan Syekh
Silau Laut,” kata Pak Cik dari Ustadz Abdul Somad ini.
sini. Satu hal yang harus saya sampaikan, Kakek dari Ijeck, yang kami panggil
dengan sebutan Tuan Kabul (Al Hafidz Haji Gulrang Shah), sudah sampai di sini.
Sambil berdagang ke sini, beliau juga mengajar di sini. Beliau adalah tandem
Tuan Syekh Silau Laut dalam belajar dan juga mengajar murid-murid Tuan Syekh
Silau Laut,” kata Pak Cik dari Ustadz Abdul Somad ini.
Kakek Ijeck, memang bukan orang biasa. Beliau adalah ulama
sekaligus Hafidz Alquran. Maka itu dia bergelar Al Hafidz. “Beliau (Tuan Kabul)
menjadi tandem bagi murid-murid dalam berbahasa Arab dan membaca kitab-kitab
yang berbahasa Arab. Maka itu, saya berani bilang keluarga ananda Ijeck, adalah
keluarga besar kami, Syekh Silau Laut. Kalau orang-orang tua di Silau Laut,
semua kenal dengan Tuan Kabul,” tuturnya.
sekaligus Hafidz Alquran. Maka itu dia bergelar Al Hafidz. “Beliau (Tuan Kabul)
menjadi tandem bagi murid-murid dalam berbahasa Arab dan membaca kitab-kitab
yang berbahasa Arab. Maka itu, saya berani bilang keluarga ananda Ijeck, adalah
keluarga besar kami, Syekh Silau Laut. Kalau orang-orang tua di Silau Laut,
semua kenal dengan Tuan Kabul,” tuturnya.
Semasa hidupnya Tuan Syekh Silau Laut adalah ulama yang
dihormati. Tak heran banyak yang ziarah ke makamnya. Termasuk juga Edy
Rahmayadi dan Musa Rajekshah yang datang pada Januari 2018.
dihormati. Tak heran banyak yang ziarah ke makamnya. Termasuk juga Edy
Rahmayadi dan Musa Rajekshah yang datang pada Januari 2018.
“Ziarah dilakukan untuk mengambil iktibar. Zuriat Tuan Syekh
Silau Laut terbuka untuk siapapun, apalagi bagian dari keluarga kami yang ke
sini,” katanya.
Silau Laut terbuka untuk siapapun, apalagi bagian dari keluarga kami yang ke
sini,” katanya.
Menyikapi soal dalam Pilgubsu 2018 saat ini, Haji Ibrahim
Ali mengatakan, masyarakat Sumut, terutama umat Islam harus bijaksana dalam
menentukan pilihan.
Ali mengatakan, masyarakat Sumut, terutama umat Islam harus bijaksana dalam
menentukan pilihan.
“Secara formal, dalam pilkada kita tentu pakai nilai agama
dan aturan negara. Keluarga kami (Zuriat Syekh Silau Laut) saya pikir, sudah
ada satu kebijaksanaan sendiri. Pilihan sudah adanya itu,” katanya.
dan aturan negara. Keluarga kami (Zuriat Syekh Silau Laut) saya pikir, sudah
ada satu kebijaksanaan sendiri. Pilihan sudah adanya itu,” katanya.
Apalagi, kata dia, kemarin sudah ada hasil Kongres Umat
Islam Sumut yang menekankan penguatan peran politik umat Islam dengan memilih
pemimpin berdasarkan Alquran dan Sunnah, penguatan ukhuwah, penguatan ekonomi
umat dan penguatan peran perempuan Islam. “Memang harusnya begitu. Umat Islam
memilih pemimpin harus sesuai Alquran dan Sunnah. Tapi kesatuan umat Islam dan
umat lainnya harus kita jaga di Sumut ini. Menjaga keamanan dan ketertiban
adalah kewajiban kita,” paparnya.
Islam Sumut yang menekankan penguatan peran politik umat Islam dengan memilih
pemimpin berdasarkan Alquran dan Sunnah, penguatan ukhuwah, penguatan ekonomi
umat dan penguatan peran perempuan Islam. “Memang harusnya begitu. Umat Islam
memilih pemimpin harus sesuai Alquran dan Sunnah. Tapi kesatuan umat Islam dan
umat lainnya harus kita jaga di Sumut ini. Menjaga keamanan dan ketertiban
adalah kewajiban kita,” paparnya.
Lantas apa tanggapan Musa Rajekshah soal kisah dari Haji
Ibrahim Ali ini? “Terus terang, saya baru tahu waktu diceritakan ketika
kunjungan kami ke sana
Januari 2018. Saya dan keluarga berterimakasih zuriat Tuan Syekh Silau Laut
masih ingat dan menceritakan kisah ini pada kami,” kata Ijeck saat ditemui di
sela kegiatannya bersama Keluarga Abiturient Mustafawiyah (KAMUS), di MMTC Medan.
Ibrahim Ali ini? “Terus terang, saya baru tahu waktu diceritakan ketika
kunjungan kami ke sana
Januari 2018. Saya dan keluarga berterimakasih zuriat Tuan Syekh Silau Laut
masih ingat dan menceritakan kisah ini pada kami,” kata Ijeck saat ditemui di
sela kegiatannya bersama Keluarga Abiturient Mustafawiyah (KAMUS), di MMTC Medan.
Dikatakan Ijeck, semasa hidupnya Tuan Syekh Silau Laut
adalah tokoh yang dihormati jamaah dan juga para bangsawan Serdang maupun
Asahan memberi perlakuan khusus terhadapnya. Wujud dari perhatian para penguasa
Asahan dan Serdang itu antara lain berupa pembuatan jalan menuju Kompleks
Tareqat Syattariah pimpinan Syekh Silau Laut. Awalnya adalah jalan setapak yang
dirintis oleh Sultan Asahan yang kemudian diperlebar dan diperkeras atas
bantuan Sultan Serdang.
adalah tokoh yang dihormati jamaah dan juga para bangsawan Serdang maupun
Asahan memberi perlakuan khusus terhadapnya. Wujud dari perhatian para penguasa
Asahan dan Serdang itu antara lain berupa pembuatan jalan menuju Kompleks
Tareqat Syattariah pimpinan Syekh Silau Laut. Awalnya adalah jalan setapak yang
dirintis oleh Sultan Asahan yang kemudian diperlebar dan diperkeras atas
bantuan Sultan Serdang.
“Generasi muda Islam sekarang harus tahu, kisah sejarah dan
perjuangan beliau dalam berdakwah sangat banyak. Syekh Silau sangat berjasa
dalam menyebarkan Islam di Indonesia dan beberapa negara di Asia.
Bisa dilihat, dari berbagai negara tetangga datang berziarah ke makam Syekh
Silau Laut. Ulama besar asal Sumatera Utara yang mendunia,” kata Ijeck.
perjuangan beliau dalam berdakwah sangat banyak. Syekh Silau sangat berjasa
dalam menyebarkan Islam di Indonesia dan beberapa negara di Asia.
Bisa dilihat, dari berbagai negara tetangga datang berziarah ke makam Syekh
Silau Laut. Ulama besar asal Sumatera Utara yang mendunia,” kata Ijeck.
Di sisi lain, Perkampungan Syekh Silau Laut merupakan daerah
yang dikeramatkan warga lagi bersejarah. Kata Ijeck, rumah utama Tuan Syekh
Silau Laut, dibangun sudah termasuk cagar budaya karena berusia di atas 50
tahun. Termasuk juga makam Tuan Syekh Silau Laut. “Sebagai bagian keluarga
besar Tuan Syekh Silau Laut, kami akan siapkan perkampungan itu sebagai kawasan
cagar budaya. Karena itu kawasan bersejarah dan bisa menjadi dokumen pengingat
bagi anak cucu kita di masa depan. Semoga perjuangan Tuan Syekh Silau Laut
menginspirasi kita untuk menjadikan agama, masyarakat dan negara yang
bermartabat,” pungkasnya. (syaf/int)
yang dikeramatkan warga lagi bersejarah. Kata Ijeck, rumah utama Tuan Syekh
Silau Laut, dibangun sudah termasuk cagar budaya karena berusia di atas 50
tahun. Termasuk juga makam Tuan Syekh Silau Laut. “Sebagai bagian keluarga
besar Tuan Syekh Silau Laut, kami akan siapkan perkampungan itu sebagai kawasan
cagar budaya. Karena itu kawasan bersejarah dan bisa menjadi dokumen pengingat
bagi anak cucu kita di masa depan. Semoga perjuangan Tuan Syekh Silau Laut
menginspirasi kita untuk menjadikan agama, masyarakat dan negara yang
bermartabat,” pungkasnya. (syaf/int)