ASAHAN – Dalam kurun waktu 5 tahun tepatnya sejak tahun 2011 sampai 2015, jumlah produksi tanaman ubi kayu (singkong) di Kabupaten Asahan meningkat tajam. Di tahun 2011 jumlah produksi ubi kayu hanya sebesar 17.265 ton, sementara tahun 2015 meningkat menjadi 20.575 ton atau naik sebesar 19 persen.
“Jika diakumulasikan, rata rata kenaikan selama 5 tahun sebesar 3,8 persen,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Asahan Oktoni Eryanto di Kisaran, Rabu (22/2).
Oktoni menjelaskan, luas tanaman singkong untuk Kabupaten Asahan saat ini 736 Ha. Sementara untuk daerah penghasil ubi kayu terbesar berada di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge dengan total 14 persen dari seluruh lahan pertanian ubi kayu di Asahan, meskipun luas tanam ubi kayu di wilayah tersebut terus menurun setiap tahun.
“Pada 2011, luas tanam singkong ada 156 Ha di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge. Sekarang hanya ada 106 ha. Daerah yang luas tanamnya terus tumbuh adalah Kecamatan Setia Janji, dengan rata rata pertumbuhan 38 persen setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun. Sementara, total luas tanam saat ini, seluas 806 ha,” ujarnya.
Sementara untuk urutan produksi singkong terbesar selanjutnya berada di Kecamatan Pulau Rakyat seluas 76 Ha, dan Kecamatan Tinggi Raja seluas 68 Ha.
Oktoni menyatakan, pemerintah Kabupaten Asahan melalui Dinas Pertanian tengah berupaya untuk membantu meningkatkan kualitas ubi kayu nasional karena saat ini belum seluruh produksi memiliki standar kualitas Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), atau standar keamanan pangan.
Peningkatan produksi ubi kayu di Asahan tak luput dari minat petani yang begitu besar untuk mengembangkannya. Tingkat keuntungan yang memadai, berkembangnya industri olahan berbahan baku ubi kayu, serta didukung oleh kesesuaian lahan dan pola tanam yang teratur.
Ubi kayu merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang kaya akan manfaat. Ubi kayu atau sering disebut juga singkong, kini tidak hanya untuk pangan pokok, tapi bahan baku pakan ternak, kosmetik, farmasi, hingga energi.
Bahkan ubi kayu pun berperan serta dalam produk ramah lingkungan. Tidak dapat dipungkiri ubi kayu dapat menjadi bahan baku industri pembuatan plastik ramah lingkungan dan bahan bakar bio-ethanol.
Seperti yang dijelaskan bahwa peranan ubi kayu sangat besar dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pengembangan industri. Tidak hanya itu, ubi kayu pun berperan serta dalam mengatasi masalah rawan pangan.
“Bahkan, badan pangan dunia (FAO) menegaskan bahwa ubi kayu sanggup mengatasi kebutuhan pangan bagi masyarakat dunia dan menjadi tumpuan hidup petani. Meningkatnya produksi singkong seiring dengan meningkatnya permintaan tepung tapioka, ataupun produk makanan berbahan tepung. (per/syaf)


























