TASLAB NEWS, SIBOLGA- Masih ingat kasus pembantaian di Kapal Wira Glory, Rabu (20/12) sekira pukul 00.30 wib lalu. Ternyata pelaku yang nekat mengakhiri hidup dengan cara menggorok leher sendiri itu adalah oknum Sintua (penatua gereja).
![]() |
Petugas sedang melakukan evakuasi terhadap korban |
Ini diungkap Yafaozanolo Bulolo, kerabat pelaku, Demazatulo Laia (56), Kamis (21/12) kemarin.
Yafaozanolo mengatakan, pihak keluarga mereka telah menyiapkan penyambutan jenazah. Namun, belum dipastikan kapan jenazah akan dimakamkan, karena masih banyak keluarga yang ditunggu dari luar kota.
“Masih belum tahu kapan dikebumikan karena masih banyak keluarga dari luar kota yang ditunggu,” kata Yafaozanolo.
Sekilas, dia bercerita tentang karakter terduga pelaku semasa hidup. Bahkan, dia sempat kaget dan tidak percaya kalau Demazatulo berani melakukan hal sekejam itu.
BACA BERITA SEBELUMNYA DISINI: www.taslabnews.com/2017/12/taslab-news-medan-para-penumpangkm-wira.html
“Selama yang saya tahu, dia ini seorang sintua, pendiam, nggak minum dan nggak merokok. Makanya, aku pun nggak yakin kalau dia yang melakukan. Tapi polisi selalu bilang kalau dia yang melakukan,” ungkapnya.
Dan, Yafaozanolo mengaku bahwa almarhum dalam kesehariannya adalah pengonsumsi daun sirih sehingga kemana saja selalu membawa sebuah belati.
“Cuma pemakan sirih dia ini. Jadi, kalau pemakan sirih kemana-mana harus bawa pisau, membuka pinang itu,” tuturnya sembari mengimbau kepada petugas untuk lebih meningkatkan pengecekan terhadap penumpang yang suka makan sirih.
Amatan wartawan, ada 3 ambulance yang disediakan pihak perusahaan kapal untuk membawa ketiga jenazah ke kampung halamannya masing-masing di Nias Selatan. Selain supir, di dalam ambulance juga ada keluarga yang mendampingi keberangkatan.
Dinalis Sianturi (53), keluarga dari korban Anugrah Zebua (25) mengatakan bahwa sebelum meninggal, Anugrah bertingkah aneh terhadap teman-teman satu kapalnya. Katanya, sebelum berangkat, Anugrah menyalami dan memeluk temannya satu per satu, seperti hendak berpamitan.
“Kami dengar cerita dari istri temannya satu kapal. Katanya, sudah ada tanda-tanda kalau dia (Anugrah) akan meninggal. Pas kapal mau berangkat, dia menyalami teman-temannya yang satu kapal. Padahal, mereka sama-sama berangkat. Dipeluknya lagi. Kawan-kawannya pun sempat heran, kenapa disalaminya. Habis itu, langsunglah kejadian ini,” jelas Dinalis.
Menurutnya, tidak banyak kenangannya dengan korban. Hanya, yang paling dia ingat adalah, setiap kali hendak berangkat, korban selalu singgah ke rumahnya untuk pamit.
Kalau sandar kapalnya, dia tetap saja di kapal. Kalau mau berangkat, dia datang ke rumah, permisi. ‘Nantulang berangkat aku ya’,” ungkapnya menirukan perkataan almarhum Anugrah padanya setiap kali hendak berangkat berlayar.
Setelah mendengar kejadian tersebut, keluarga korban yang ada di kampung telah menyiapkan penyambutan jenazah. Dan, rencananya setibanya di kampung, jenazah tidak langsung dimakamkan. “Sabtu (23/12), baru dimakamkan,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, peristiwa sadis dan pertumpahan darah terjadi di atas kapal jurusan Sibolga-Nias, Rabu (20/12) sekira pukul 00.30 WIB. Di tengah malam yang mencekam itu, tiga orang tewas mengenaskan. Dan, satu diantaranya adalah pelaku pembunuhan.
Pelaku ini membantai 3 orang, yaitu Peringatan Nduru (25), Anugrah Zebua (25) dan Odalige Harefa (50). Dua nama pertama tewas mengenaskan, sedangkan nama terakhir berhasil selamat walau mengalami luka tusuk yang cukup parah.
Informasi dihimpun, awalnya pelaku dengan Peringatan bertengkar di lantai II kapal penumpang Wira Glory milik PT Wira Jaya Logitama (WJL) jurusan Sibolga-Nias. Tak hanya itu, keduanya bahkan sempat kejar-kejaran. Pelaku mengejar lawannya hingga ke lantai I.
“Mereka berantam di lantai II. Lawannya itu lari ke bawah, dikejar pelaku,” kata seorang pria yang ditemui di sekitar pelabuhan Sambas Sibolga.
Tiba di lantai I, pelaku mengarahkan pisaunya ke Peringatan dan merobek lehernya hingga tewas. “Saat dikejar, lawannya ini jatuh, kemudian dia merobek lehernya sampai meninggal,” tukasnya.
Melihat pertikaian tersebut, Anugrah Zebua yang merupakan Anak Buah Kapal (ABK) bagian mesin mencoba melerai. Bukannya berhenti, pelaku malah menusuknya dari belakang.
“Anugrah ditusuk dari belakang, bagian pundak sebelah kanan, sampai tembus ke depan,” ungkapnya.
Tidak sampai di situ, amarah pelaku belum surut. Odalige yang saat itu sedang tertidur juga ikut terkena imbasnya. Pelaku menikamkannya hingga terkapar bersimbah darah. “Pas lagi tidurnya Pak Harefa (Odalige) itu, ditikam juga sama pelaku,” pungkasnya. (syaf/int)