TASLABNEWS.COM, MEDAN-Ada hal yang sangat mengejutkan saat mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) melakukan pemeriksaan terhadap tubuh seorang warga Desa Nagari Dolok, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (21/9) lalu. Dalam tubuh warga Simalungun itu ditemukan cacing pita sepanjang 2,8 meter.
![]() |
Cacing pita yang ditemukan dari perut warga Simalungun sepanjang 2,8 meter. |
Penemuan ini diungkapkan dr Umar Zein dalam seminar proposal penelitian Survei Epidemiologi dan Observasi Kasus Taeniasis di Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun yang digelar di lantai 7 gedung FK UISU, Jalan STM, Medan Johor, Kamis (19/10) siang.
Dijelaskan Umar Zein, awalnya seorang warga Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun datang kepadanya untuk berobat karena keluhan di perut. Setelah diperiksa, didiagnosa kalau orang tersebut menderita Taeniasis atau penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya.
Mengingat 3 tahun lalu juga ada kasus serupa dari daerah yang sama, kata Umar Zein, dirinya membentuk tim untuk melakukan penelitian. Kemudian, mereka mengambil sampel 29 orang suspect Taeniasis dan diberikan obat Paraziquantel 1 tablet ukuran 600 Mg setiap orang. Selanjutnya, setiap orang diberikan obat pencahar.
“Kemudian semua orang itu BAB. Hasilnya, ada keluar proglotid yang keluar bersama tinja setelah pemberian obat Praziquantel. Setelah itu Strobila atau skolek yang keluar, menandakan cacingnya sudah mati. Namun, ada kita temukan satu cacing sepanjang 2,8 Meter,” ujar Umar.
Menurut Umar, berdasarkan laporan yang diterimanya, faktor resiko yang menyebabkan itu karena kebiasaan mengkonsumsi hinasumba dan naihollat yang dagingnya dimasak tidak sempurna. Dijelaskan Umar, Taeniasis dapat disebabkan dari daging babi dan sapi, bila dimasak tidak sempurna.
Babi atau sapi memakan rumput yang mengandung telur. Kemudian telur itu berkembang menjadi kista di dalam daging babi atau sapi. Selanjutnya, daging babi atau sapi itu dimasak tidak sempurna lalu dikonsumsi sehingga berkembang hingga dewasa di dalam usus orang yang mengkonsumsinya.
“Taeniasis adalah penyakit yang terabaikan karena hampir belum pernah ditemukan kasusnya. Selain itu, penyakit ini selalu dianggap sepele karena memang penderitanya tidak meneyebabkan kematian. Kalaupun kita tahu diagnosisnya, mengobatinya juga tidak mudah karena obatnya sulit didapat, “ jelas mantan Dirut RSU dr Pirngadi ini.
Sebelum mengakhiri, Umar Zein menegaskan, penemuan itu penting untuk ditidaklanjuti dengan melakukan penelitian. Dikatakannya, secara teori, penelitian itu untuk menemukan daerah endemig taeniasis di Sumatera Utara, melakukan survei epidemologi dan identifikasi. Dengan begitu, diharapnya bisa membuat program-program penanggulangan infeksi taeniasis di Sumatera Utara yang mungkin terpadu dengan program kecacingan pada umumnya. Secara konsep, dikatkannya, untuk melihat faktor resiko penularan di Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun, karena mungkin ada kebiasaan masyarakat yang belum diketahui.
Dekan Fakultas Kedukoteran UISU, dr Abdul Haris Pane SpOG mengaku sangat mendukung dan sudah melaporkan rencana penelitian ini. Dikatakannya, itu merupakan tugas wajib institusi sebagai pengabdian kepada masyarakat. Bahkan, diakuinya untuk penelitian itu, pihaknya sudah menandatangani MoU dengan Dinas Kesehatan Simalungun. Namun diakuinya, jika saat ini pihaknya tidak memiliki peralatan laboratorium canggih karena milik mereka yang merupakan hadiah dari Kementerian Kesehatan, sedang rusak.
“Peralatan laboratoium standard kita ada. Namun untuk yang sifatnya lebih canggih, dulu kita ada, kebetulah itu hadiah dari Kementerian Kesehatan, namun kemarin rusak. Kita akan laporkan. Makanya kemarin, sampelnya kita kirim ke Udayana Bali,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang perempuan dari Fukuoka, Jepang, Yukiko Kunitake (38), dilaporkan melahirkan cacing pita sepanjang 7,7 meter di Rumah Sakit Pusat Kyushu. Para medis mengatakan, jika cacing tersebut bahkan telah memvaksinasi tubuh Yukiko hingga 16 tahun.
Sebelumnya, cacing pita terbesar ditemukan di tubuh pria Meksiko pada 2006. Cacing tersebut mencapai 62 meter dan memiliki berat sekitar 83 kilogram. (syaf)